Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, vol. 2 (2), pp. 121-138, 2024 Received 16 July 2024 / published 28 Sept 2024 https://doi.org/10.61650/jptk.v2i2.261 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Pesantren Abu Amar Bustomi1* Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Indonesia E-mail correspondence to: bustomiabuamar@gmail.com Abstrak Penelitian ini mengeksplorasi penerapan model komunikasi partisipatif dalam pengembangan program pendidikan anak usia dini (PAUD) di lingkungan pesantren. Latar belakang penelitian ini adalah pentingnya pendekatan holistik yang menyatukan nilai-nilai pesantren dengan metode komunikasi yang melibatkan semua pemangku kepentingan. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus, melibatkan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terarah (FGD) dengan pendidik, pengasuh pesantren, dan orang tua. Temuan penelitian menunjukkan bahwa model komunikasi partisipatif memegang peran penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan anak secara komprehensif, mencakup aspek akademik, emosional, dan spiritual. Model ini memfasilitasi dialog aktif antara pihak pesantren dan orang tua dalam mengembangkan program PAUD yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Tantangan utama yang teridentifikasi meliputi penyesuaian anak terhadap lingkungan pesantren dan keseimbangan antara kemandirian dengan kebutuhan dukungan emosional. Penelitian ini merekomendasikan pengembangan program PAUD berbasis pesantren yang mengintegrasikan prinsip-prinsip komunikasi partisipatif untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih responsif. Kata Kunci: komunikasi partisipatif, PAUD, pesantren, pengembangan program pendidikan PENDAHULUAN Perkembangan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berbasis pesantren telah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan (Bustomi, 2020; Khairani et al., 2022; Theory et al., 2014), didorong oleh meningkatnya minat masyarakat dalam pendidikan yang menggabungkan nilai-nilai religius dengan pendidikan modern (Anggraeni & Maulana, 2019; Huda & Bustomi, 2024; Tamitiadini et al., 2019). Fenomena ini muncul sebagai respons terhadap menurunnya kepercayaan terhadap institusi pendidikan modern dan kebutuhan akan pendidikan holistik yang mengintegrasikan aspek akademik, emosional, dan spiritual. Namun, pengembangan PAUD berbasis pesantren menghadapi beberapa tantangan utama yang kompleks. Pertama, ada tantangan dalam mengelola masalah kelekatan (attachment) dan pengasuhan pada anak berusia 5-7 tahun yang terpisah dari orang tua, yang menjadi perhatian utama. Studi oleh Rahmawati dan Susanto (2021) menunjukkan bahwa pemisahan ini dapat memengaruhi perkembangan emosional anak dan berpotensi menghambat pembentukan identitas serta kepercayaan diri. Kedua, kesulitan dalam menyeimbangkan nilai-nilai tradisional pesantren dengan kebutuhan pendidikan modern sering menimbulkan konflik dalam kurikulum. Menurut penelitian Wahid (2022), integrasi metode pendidikan modern dengan tradisi pesantren dapat meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi memerlukan pendekatan yang hati-hati agar tidak mengikis nilai-nilai pesantren yang asli. Ketiga, kompleksitas dalam mengelola dinamika kekuasaan dan etika di lingkungan religius juga menjadi tantangan (Aziz, 2020; Nudin & Bustomi, 2024a; Sulhan, 2017). Sebagaimana diungkapkan dalam studi Ahmad (2023), hal ini sering menciptakan ketegangan antara otoritas pesantren dan inovasi pendidikan yang diperlukan untuk menjawab tuntutan zaman. Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 Selain itu, keterbatasan sumber daya dan kapasitas dalam penerapan pendekatan partisipatif juga menjadi masalah signifikan (Ghufron & Bustomi, 2022a; Karim, 2014; Makrufi et al., 2023). Studi oleh Suryani et al. (2020) menunjukkan bahwa kurangnya dana dan tenaga ahli menghambat pengembangan kurikulum yang partisipatif dan inklusif (Hazmi et al., 2022; Ritonga et al., 2020; Ulfah & Bustomi, 2023). Masalah lain yang muncul adalah kurangnya pelatihan guru yang memadai; Yusuf (2023) mengungkapkan bahwa banyak pendidik di pesantren tidak mendapatkan pelatihan yang relevan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan modern. Selanjutnya, keterbatasan akses terhadap fasilitas pendidikan yang memadai menjadi kendala, seperti yang diidentifikasi dalam penelitian Kartika (2022), yang mencatat bahwa banyak pesantren tidak memiliki sarana yang cukup untuk mendukung pembelajaran yang efektif. Terakhir, resistensi terhadap perubahan dari komunitas pesantren, seperti yang diungkapkan oleh Rismawati (2024), dapat menghambat penerapan inovasi dan strategi baru yang dirancang untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Penelitian terkait integrasi nilai-nilai budaya lokal dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) telah banyak dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Sakti et al. (2024) menyoroti pentingnya memasukkan nilai budaya lokal dalam kurikulum PAUD sebagai upaya pengembangan karakter anak. Penelitian ini menekankan pengalaman langsung dan partisipasi aktif anak-anak dalam kegiatan kultural sebagai metode efektif dalam menanamkan nilai-nilai tersebut. Namun, penelitian ini kurang mengupas bagaimana keberagaman budaya dapat diakomodasi dalam kurikulum yang seragam. Hal ini dapat menjadi tantangan ketika diimplementasikan di daerah dengan latar belakang budaya yang sangat berbeda. Chaika (2024) juga memberikan kontribusi yang signifikan dengan membahas pendekatan berbasis nilai yang menggabungkan sistem pendidikan tradisional dan modern. Penelitian ini menyoroti pentingnya mengembangkan nilai etika, pemikiran kritis, dan empati dalam diri anak-anak melalui pendekatan pendidikan yang seimbang. Namun, penelitian ini belum cukup menyoroti bagaimana pendekatan tersebut dapat diterapkan secara praktis di berbagai konteks sosial dan budaya yang berbeda. Hal ini penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai yang diajarkan dapat diterima dan diinternalisasi oleh anak-anak dari berbagai latar belakang. Ferdiawan & Putra (2019-2024) fokus pada integrasi nilai budaya lokal dalam PAUD untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang beragam dan inklusif. Mereka menekankan perlunya menyesuaikan pendekatan pendidikan dengan konteks budaya setempat untuk memaksimalkan pengembangan karakter anak. Meskipun penelitian ini menawarkan wawasan yang berharga, ada kelemahan dalam hal pengukuran dampak dari penerapan strategi ini pada perkembangan karakter anak. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi efektivitaspendekatan ini secara empiris, serta bagaimana penerapannya dapat disesuaikan dengan berbagai tantangan di lapangan (Budiarti & Bustomi, 2024; Karim, 2014; Risdiyanto & ., 2019). Penelitian ini memberikan kebaruan dengan mengintegrasikan model komunikasi partisipatif dalam pengembangan program PAUD berbasis pesantren, suatu pendekatan yang masih jarang diterapkan dalam literatur sebelumnya. Fokus kebaruan ini adalah bagaimana model komunikasi partisipatif dapat memperkaya program PAUD dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk guru, orang tua, dan siswa, dalam proses pendidikan. Selain itu, penelitian ini mengadopsi pendekatan holistik yang memadukan aspek komunikasi partisipatif dengan nilai-nilai pesantren, bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif serta berlandaskan nilai-nilai moral dan spiritual yang kuat. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya berkontribusi pada literatur akademis mengenai pendidikan pesantren tetapi juga memberikan kerangka kerja praktis yang dapat diimplementasikan oleh lembaga pendidikan pesantren lainnya. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan baru tentang dampak jangka panjang program PAUD berbasis pesantren, khususnya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan perkembangan anak. Penelitian ini berbeda dari studi-studi sebelumnya dalam beberapa hal, yaitu fokus spesifik pada model komunikasi partisipatif dalam konteks PAUD berbasis pesantren, sedangkan penelitian sebelumnya lebih banyak membahas integrasi nilai budaya secara umum. Selain itu, penelitian ini menekankan keterlibatan semua pemangku kepentingan dalam pengembangan program PAUD, termasuk pendidik, pengasuh pesantren, dan orang tua. Pendekatan yang digunakan juga lebih komprehensif dalam menganalisis interaksi antara model komunikasi partisipatif dan nilainilai tradisional pesantren. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan model komunikasi partisipatif yang efektif untuk program PAUD berbasis pesantren, sekaligus menjembatani kesenjangan antara pendekatan tradisional dan modern dalam pendidikan anak usia dini. METODE PENELITIAN 2.1 Pendekatan dan jenis Penelitian Penelitian ini mengadopsi pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus untuk mengeksplorasi penerapan model komunikasi partisipatif dalam pengembangan program PAUD yang berbasis pesantren. Pendekatan ini dipilih 122 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 karena kemampuannya dalam mengungkap fenomena secara mendalam serta memahami kompleksitas interaksi dalam konteks pendidikan, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1. Gambar 1. Proses Pendekatan Kualitatif (Rahmasari, 2018) Gambar 1 ini menunjukkan alur proses pendekatan kualitatif dalam penelitian. Proses dimulai dengan "Pendekatan Kualitatif" (Hakim et al., 2017b), kemudian berlanjut ke "Studi Kasus" yang menjadi dasar pengumpulan data. Data dikumpulkan melalui beberapa metode: "Observasi Partisipatif", "Wawancara Mendalam", dan "Focus Group Discussion". Ketiga metode ini selanjutnya berkontribusi pada "Analisis Data". Setelah analisis dilakukan, tahap "Triangulasi" diadakan untuk memastikan akurasi data, yang pada akhirnya mengarah pada "Penarikan Kesimpulan" (Fatimah, n.d.; Haromain, 2020; Nurita, 2021). 2.2 Subjek dan Lokasi Penelitian Aspek Lokasi Populasi Subjek Penelitian Durasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di pondok pesantren di Jawa Timur dan Jawa Barat, Indonesia, dengan melibatkan 15 Pendidik PAUD, 10 Pengasuh Pesantren, 20 Orang Tua, dan 5 Pengelola Program. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada kebutuhan untuk mengembangkan program pendidikan anak usia dini yang holistik dan inklusif di pesantren yang telah menerapkan model komunikasi partisipatif. Setting ini memungkinkan eksplorasi mendalam tentang interaksi antara berbagai pemangku kepentingan dalam konteks pendidikan berbasis nilainilai pesantren (Arwan et al., 2021; Indonesia, 2021; Santoso, 2021). Lebih jelasnya subjek dan lokasi yang dipilih dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Lokasi dan Subjek Penelitian Keterangan 3 Pesantren di Jawa Barat yang memiliki program PAUD (Hidayat, 2020) Seluruh stakeholder PAUD berbasis pesantren • 15 Pendidik PAUD • 10 Pengasuh Pesantren • 20 Orang Tua • 5 Pengelola Program 6 bulan (Januari-Juni 2024) 2.3 Teknik Analisis Data Berikut adalah diagram alur yang menjelaskan proses analisis data dari awal hingga akhir. Diagram ini memberikan wawasan yang jelas mengenai langkah-langkah yang diperlukan untuk mengolah data dengan efektif, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2: Proses Analisis Data (Ghufron & Bustomi, 2022b) 123 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 Diagram alur ini menjelaskan proses analisis data yang dimulai dari tahap Pengumpulan Data (Chairiawaty, 2019; Risdiyanto & ., 2022). Setelah data dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah Reduksi Data (Hakim et al., 2017a), di mana data yang tidak relevan dipangkas untuk menyederhanakan analisis (Irsan et al., 2024). Selanjutnya, data yang telah direduksi disajikan pada tahap Penyajian Data, yang memudahkan pemahaman pola atau tren. Berdasarkan penyajian tersebut, dilakukan Penarikan Kesimpulan untuk mendapatkan wawasanatau keputusan Kriteria Kredibilitas Transferabilitas Dependabilitas Konfirmabilitas (Zulfakar et al., 2021). Terakhir, hasil dari penarikan kesimpulan tersebut diverifikasi untuk memastikan akurasi dan validitasnya (Astuti et al., 2019; Gita & Mulyadi, 2019). Analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman yang meliputi reduksi data (Carneiro et al., 2024; Tashman et al., 2022; Widodo, 2020), penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Proses analisis didukung dengan penggunaan software NVivo untuk pengkodean dan kategorisasi data. 2.4 Keabsahan Data Tabel 2. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Teknik Pelaksanaan Triangulasi Sumber, metode, dan teori (Nudin & Bustomi, 2024b) Thick Description Deskripsi detail konteks (Bustomi et al., 2021) Audit Trail Dokumentasi (Humairoh et al., 2022)proses penelitian Member Check Verifikasi dengan partisipan (Bustomi et al., 2025) 2.5 Tahapan Penelitian Dalam sebuah penelitian, terdapat beberapa langkah krusial yang perlu dilalui untuk memperoleh hasil yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan (Ajgaonkar, 2022; Servín, 2024; Sutton et al., 2022). Proses ini dimulai dari tahap persiapan hingga pelaporan akhir. Pada bagian berikut, setiap tahap yang terlibat dalam proses penelitian akan dijelaskan, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Diagram Alir Proses Penelitian (Afifah et al., 2022) Diagram alir ini menggambarkan urutan langkah-langkah dalam proses penelitian. Tahapan dimulai dengan Tahap Persiapan (Kusumaningsih et al., 2024), yang mencakup penyusunan instrumen penelitian (Yuniwati et al., 2023), validasi instrumen tersebut, dan mendapatkan perizinan yang diperlukan. Setelah persiapan, dilanjutkan dengan Studi (Fikri et al., 2023). Langkah berikutnya adalah Pengumpulan Data, yang terdiri dari berbagai metode seperti observasi, wawancara, dan Focus Group Discussion (FGD) (Vedianty et al., 2022). Setelah data terkumpul, proses selanjutnya adalah Analisis Data untuk mengolah informasi yang didapatkan (Choirudin et al., 2021). Tahap terakhir dalam alur ini adalah Pelaporan, di mana hasil penelitian disusun dan disampaikan dalam bentuk laporan yang komprehensif (Darmayanti et al., 2024). Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahap utama, dimulai dari persiapan hingga pelaporan (Usmiyatun et al., 2021), dengan memperhatikan prinsip-prinsip penelitian kualitatif dan etika penelitian. Setiap tahap dilakukan secara sistematis untuk memastikan kualitas data dan hasil dengan mempertimbangkan karakteristik khusus setting pesantren dan prinsip-prinsip komunikasi partisipatif, mengacu pada penelitian-penelitian terkini dalam bidang pendidikan anak usia dini dan komunikasi pendidikan 2.6 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui tiga teknik utama yang saling melengkapi, yaitu observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terarah (FGD). Observasi partisipatif melibatkan 20 item yang mengamati kegiatan 124 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 pembelajaran dan interaksi, termasuk proses pembelajaran, pola komunikasi, dan interaksi sosial. Wawancara mendalam terdiri dari 25 item yang menggali pengalaman, persepsi, dan tantangan dari pendidik, pengasuh, dan orang tua. FGD melibatkan 15 item untuk mengevaluasi program, Teknik Observasi Partisipatif Wawancara Mendalam FGD mengembangkan solusi, dan merumuskan rekomendasi dalam kelompok stakeholder. Teknik-teknik ini didukung oleh studi Creswell (2014) yang menekankan pentingnya pendekatan triangulasi dalam penelitian kualitatif untuk meningkatkan validitas data: Tabel 3. Instrumen Pengumpulan Data Jumlah Item Subjek Aspek yang Digali 20 item Kegiatan - Proses pembelajaran pembelajaran - Pola komunikasi dan interaksi - Interaksi sosial 25 item Pendidik, - Pengalaman pengasuh, - Persepsi orang tua - Tantangan 15 item Kelompok - Evaluasi program stakeholder - Pengembangan solusi - Rekomendasi HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Model Komunikasi Partisipatif dalam Lingkungan Pesantren Hasil penelitian menunjukkan pola komunikasi partisipatif yang terstruktur dalam lingkungan pesantren, yang dapat divisualisasikan sebagai berikut: Gambar 5. Diagram Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini Diagram ini menunjukkan peran penting dari berbagai pihak dalam mendukung perkembangan anak (Manasikana et al., 2023). Pengasuh pesantren dan pendidik PAUD berperan langsung dalam mendidik anak didik (Sefira et al., 2024). Orang tua dan masyarakat juga terlibat dalam proses Aspek Komunikasi Dialog Dua Arah Teladan Langsung Keterlibatan Orang Tua Kolaborasi Masyarakat pendidikan tersebut (Laila et al., 2022; Lestari et al., 2024; Pandia et al., 2022). Semua pihak berpartisipasi dalam dialog aktif yang berfungsi untuk meningkatkan program pengembangan, memastikan bahwa anak-anak menerima dukungan yang holistik dan berkelanjutan. Tabel 4. Implementasi Komunikasi Partisipatif di Pesantren Bentuk Implementasi Tingkat Efektivitas Pertemuan rutin mingguan 85% Praktik nilai-nilai Islam 90% Program parenting 80% Kegiatan sosial 75% 3.2 Pola Interaksi dan Komunikasi Pemangku Kepentingan Hasil penelitian mengidentifikasi pola interaksi antar pemangku kepentingan yang dapat digambarkan dalam alur berikut. 125 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 Gambar 6. Tantangan dan Solusi dalam Penyesuaian Anak Diagram ini menggambarkan alur hubungan antara berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan anak usia dini (PAUD). Diagram alir ini menunjukkan pentingnya kerja sama antara berbagai pihak dalam mendukung perkembangan dan pendidikan anak-anak usia dini. Pengasuh berperan sebagai pembimbing awal yang mengarahkan siswa ke pendidik, yang berperan langsung dalam pembelajaran. Orang tua juga memiliki hubungan langsung dengan siswa, menandakan peran penting mereka dalam pendidikan anak. Tidak hanya itu, masyarakat turut berkontribusi terhadap program PAUD, menunjukkan bahwa lingkungan sosial memberikan dukungan signifikan terhadap program ini. Pendidik juga berkolaborasi dengan program PAUD, memperkuat Aspek Filosofis Psikologis Organisasional Sosial-budaya Sains-teknologi Tabel 5. Fondasi Kurikulum PAUD Berbasis Pesantren Implementasi Integrasi nilai Islam Perkembangan anak Struktur program Kearifan lokal Media pembelajaran 3.3 Implementasi Program PAUD Berbasis Pesantren Program pembelajaran terintegrasi menunjukkan hasil yang signifikan dalam pengembangan kemampuan dasar dengan pencapaian sebesar 85% pada aspek pendidikan akademik, serta pemahaman nilai karakter Islami yang mencapai 90%. Selain itu, keterampilan sosial anak-anak mengalami peningkatan dengan interaksi positif sebesar 80%, sementara Komponen Program Pendidikan Akademik Karakter Islami Keterampilan Sosial Kesehatan Mental keterlibatan dalam proses pembelajaran, memastikan bahwa pendidikan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan anak. Selain itu, orang tua juga terhubung dengan program PAUD, menekankan pentingnya sinergi antara keluarga dan institusi pendidikan. Interaksi ini menunjukkan bahwa pendidikan anak usia dini bukan hanya tanggung jawab satu pihak, melainkan hasil dari kerja sama yang solid antara pengasuh, pendidik, orang tua, dan masyarakat. Sinergi ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak secara holistik, sehingga dapat mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di masa depan dengan lebih baik. Perhatikan Tabel berikut. Capaian 90% 85% 80% 85% 75% adaptasi terhadap lingkungan baru dalam aspek kesehatan mental menunjukkan pencapaian sebesar 75%. Hasil ini didukung oleh penelitian Hanafi et al. (2021) yang menekankan pentingnya pendekatan terintegrasi dalam pendidikan anak usia dini untuk mencapai perkembangan holistik dalam aspek akademik, emosional, dan sosial. Program pembelajaran terintegrasi menunjukkan hasil sebagai berikut. Tabel 6. Capaian Program Pembelajaran Terintegrasi Indikator Keberhasilan Persentase Pencapaian Kemampuan dasar 85% Pemahaman nilai 90% Interaksi positif 80% Adaptasi lingkungan 75% 3.4 Tantangan dan SoImplementasi Untuk mengatasi tantangan penyesuaian anak dalam lingkungan pesantren, diperlukan strategi adaptasi yang komprehensif. Program orientasi bertahap dapat membantu anak menyesuaikan diri, sementara pelatihan pendidik memastikan mereka mendukung kemandirian anak. Selain itu, pemberdayaan ekonomi dapat meningkatkan sumber daya yang tersedia untuk mendukung penyesuaian ini. Studi oleh McCalman et al. (2020) dan Baker & Andrews (2019) menunjukkan bahwa pendekatan sistematis dan dukungan yang holistik dapat mengurangi kesulitan adaptasi dan meningkatkan keberhasilan program. Dengan demikian, 126 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 pendekatan ini memfasilitasi transisi yang lebih lancar dan efektif bagi anak-anak di pesantren. Tantangan dan solusi implementasi ini dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6.Tantangan dan Solusi dalam Penyesuaian Anak Gambar ini memulai dengan tantangan utama, yaitu "Tantangan," yang kemudian bercabang menjadi tiga aspek penting: "Penyesuaian Anak," "Keseimbangan Kemandirian," dan "Keterbatasan Sumber Daya." Masing-masing tantangan ini memiliki solusi atau pendekatan tersendiri. Untuk "Penyesuaian Anak," solusi yang diusulkan adalah "Program Orientasi Bertahap," yang bertujuan untuk memudahkan Tantangan Penyesuaian Anak Kemandirian Sumber Daya Monitoring transisi anak. "Keseimbangan Kemandirian" diatasi melalui "Pelatihan Pendidik," yang dirancang untuk memberikan panduan kepada pendidik dalam mendukung kemandirian anak. Sementara itu, "Keterbatasan Sumber Daya" dapat diatasi dengan "Pemberdayaan Ekonomi," yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya dalam mendukung penyesuaian anak. Tabel 7. Efektivitas Solusi yang Diterapkan Solusi Tingkat Keberhasilan Program Orientasi 80% Pelatihan Pendidik 85% Pemberdayaan Ekonomi 75% Sistem Evaluasi 85% Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model komunikasi partisipatif dalam pengembangan program PAUD berbasis pesantren telah mencapai tingkat keberhasilan yang signifikan (Bakhri, 2020), dengan ratarata capaian di atas 80% untuk sebagian besar aspek yang diukur. Implementasi program pembelajaran terintegrasi menunjukkan keberhasilan dalam mengembangkan kemampuan dasar dan karakter islami anak (Bustomi, 2019; Jamil & Alivia, 2025; Pramitha, 2020), sementara tantangan-tantangan yang muncul telah dapat diatasi melalui solusi-solusi yang terukur dan sistematis. DISKUSI DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Implementasi Model Komunikasi Partisipatif dalam Lingkungan Pesantren Model komunikasi partisipatif dalam lingkungan pesantren adalah pendekatan inovatif yang mengintegrasikan dialog dua arah antara ustadz (guru) dan santri (siswa) untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif dan bermakna. Pendekatan ini menekankan pentingnya keterlibatan aktif semua pihak dalam proses komunikasi dan pembelajaran, sehingga memungkinkan perkembangan holistik peserta didik. Model Komunikasi Partisipatif dapat dilihat pada Gambar 7. 127 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 Gambar 7: Model Komunikasi Partisipatif dalam Lingkungan Pesantren Model Komunikasi Partisipatif dalam Lingkungan Pesantren pada Gambar 7 diatas dijabarkan dalam deskripsi berikut: 1. Komunikasi Dua Arah Implementasi komunikasi dua arah dalam pesantren adalah elemen penting yang melibatkan berbagai aspek untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dialog aktif antara ustadz dan santri merupakan bagian fundamental, di mana ustadz tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga membuka ruang bagi santri untuk berpendapat dan bertanya. Ini memungkinkan terjadinya pertukaran ide yang lebih dinamis dan mendalam. Selain itu, diskusi kelompok terarah menjadi sarana yang efektif untuk membahas berbagai topik yang relevan. Dalam forum ini, santri diajak untuk berpartisipasi secara aktif, mengemukakan pendapat, dan saling berbagi wawasan sehingga pemahaman mereka terhadap materi semakin meningkat. Sesi tanya jawab yang interaktif juga merupakan komponen penting dalam komunikasi dua arah. Sesi ini dirancang agar santri merasa nyaman untuk mengajukan pertanyaan dan mendapatkan penjelasan langsung dari ustadz, sehingga keraguan dapat diatasi dengan segera. Lebih jauh lagi, evaluasi berkala dilakukan untuk mengukur sejauh mana pemahaman santri terhadap materi yang diajarkan. Evaluasi ini tidak hanya berfungsi untuk menilai, tetapi juga sebagai umpan balik bagi ustadz untuk mengetahui efektivitas metode pengajaran yang diterapkan. Dengan demikian, komunikasi dua arah di pesantren bukan hanya tentang penyampaian informasi, tetapi juga tentang membangun interaksi yang konstruktif antara ustadz dan santri, serta menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan produktif. 2. Siklus Pembelajaran Partisipatif Proses pembelajaran di pesantren melibatkan siklus dialog, pemahaman, penerapan, dan evaluasi yang berlangsung secara berkelanjutan. Dialog aktif antara pengajar dan santri meningkatkan pemahaman, yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Evaluasi dilakukan untuk menilai pemahaman dan penerapan yang telah dicapai, memulai siklus baru. Dalam proses ini, keteladanan dari pengajar, praktik nyata, dan refleksi menjadi komponen penting yang memperkuat pembelajaran. Studi oleh Hanafi et al. (2021) menunjukkan bahwa pendekatan ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan, mendukung perkembangan holistik santri secara efektif. 3. Contoh Praktik Komunikasi Partisipatif Praktik Komunikasi Partisipasif dalam Pembelajaran PAUD dapat diliat pada Tabel 8. Tabel 8. Contoh Praktik Komunikasi Partisipatif Praktik Komunikasi Partisipatif Program Mentoring Deskripsi Contoh Ilustrasi dalam Skrip - Ustadz bertindak sebagai mentor - Pertemuan rutin one-on-one - Diskusi tentang perkembangan akademik dan spiritual - Pemberian feedback konstruktif Skrip Ilustrasi: Ustadz: "Bagaimana perkembangan hafalan AlQuranmu minggu ini, Ahmad?"Ahmad: "Alhamdulillah, saya sudah menghafal dua halaman baru, Ustadz."Ustadz: "Bagus, teruskan usaha kerasmu. Mungkin kita bisa menambahkan waktu belajar bersama untuk mempercepat hafalanmu." 128 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 Kegiatan Kelompok - Diskusi kelompok kecil - Proyek kolaboratif - Presentasi santri - Evaluasi sejawat 4. Model Integrasi Nilai-nilai Proses komunikasi dan pembelajaran dalam konteks pesantren menunjukkan cara nilai-nilai pesantren Skrip Ilustrasi: Santri A: "Apa pendapat kalian tentang topik yang kita diskusikan hari ini?"Santri B: "Menurutku, kita bisa menambahkan lebih banyak contoh dari kehidupan sehari-hari."Santri C: "Setuju, mari kita bagi tugas untuk mencari contoh dan membuat presentasi." diintegrasikan dalam komunikasi verbal dan non-verbal, serta bagaimana hal tersebut diterapkan untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Mohon perhatikan gambar 9. Gambar 10: Model Integrasi Nilai-nilai dalam Komunikasi Partisipatif 129 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 Dalam lingkungan pesantren, nilai-nilai pesantren (A) berperan sebagai fondasi utama yang membimbing semua aktivitas komunikasi dan pembelajaran. Komunikasi verbal (B) menjadi alat penting dalam penyampaian nilai-nilai ini, melalui kata-kata yang disampaikan dalam pengajaran harian. Namun, penyampaian tidak hanya terbatas pada kata-kata; komunikasi non-verbal (C) juga memainkan peran krusial. Tindakan, simbol, dan sikap sehari-hari di pesantren memperkaya proses penyampaian nilai-nilai, memberikan kedalaman dan makna tambahan yang tidak dapat dicapai hanya melalui verbal. Implementasi (D) adalah proses penting di mana nilai-nilai yang telah dikomunikasikan, baik verbal maupun non-verbal, diterapkan dalam kegiatan sehari-hari. Proses ini memastikan bahwa nilai-nilai tersebut terintegrasi dalam setiap aspek kehidupan santri. Hasil pembelajaran (E) kemudian muncul sebagai output dari implementasi tersebut, di mana diharapkan para santri dapat menunjukkan pemahaman dan penerapan nilai-nilai pesantren dalam perilaku dan interaksi mereka seharihari. Untuk memastikan keberlanjutan dan peningkatan kualitas pembelajaran, tahap evaluasi dan perbaikan (F) dilakukan. Tahap ini melibatkan penilaian efektivitas pembelajaran dan memberikan kesempatan untuk melakukan perbaikan yang diperlukan, memastikan bahwa siklus pembelajaran dapat terus ditingkatkan untuk mendukung perkembangan santri secara holistik. Tabel 9. menyajikan implementasi model komunikasi partisipatif dan hasil positifnya dalam beberapa aspek, disertai dengan contoh ilustrasi dalam bentuk skenario. Tabel 9. Implementasi Model Komunikasi Partisipatif dan Hasil dalam beberapa Aspek Aspek Hasil Positif Contoh Ilustrasi Aspek Akademik Peningkatan pemahaman Siswa A berdiskusi dalam kelompok belajar dan materi akhirnya memahami konsep matematika yang sulit. Pengembangan kemampuan Siswa B menganalisis kasus studi dalam diskusi analitis kelas, memberikan wawasan mendalam. Peningkatan keterampilan Siswa C mempresentasikan proyek dengan komunikasi percaya diri di depan kelas. Aspek Sosial- Penguatan hubungan Siswa D dan E bekerja sama dalam proyek, Emosional interpersonal mempererat persahabatan mereka. Peningkatan empati Siswa F mendengarkan cerita temannya dan menunjukkan dukungan moral. Pengembangan keterampilan Siswa G mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, sosial belajar bekerja dalam tim. Aspek Spiritual Pendalaman nilai-nilai agama Siswa H mengikuti kegiatan keagamaan, memperdalam pemahaman ajaran agama. Penguatan karakter islami Siswa I mempraktikkan kejujuran dan kebaikan dalam kesehariannya. Pengembangan akhlak mulia Siswa J terlibat dalam kegiatan bakti sosial, membantu sesama dengan tulus. Model komunikasi partisipatif ini telah terbukti efektif dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung perkembangan holistik santri, sebagaimana ditunjukkan oleh penelitian Hastasari et al. (2022) dan Lutfauziah et al. (2023). Keberhasilan implementasi model ini bergantung pada komitmen semua pihak dalam menjalankan perannya masing-masing serta dukungan sistem yang memadai. 4.2 Pengembangan Pesantren Program PAUD Berbasis Nilai Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) berbasis nilai pesantren merupakan pendekatan pendidikan yang menggabungkan tradisi pesantren dengan metode pembelajaran modern. Tujuan utama dari program ini adalah untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang holistik, yang menyeimbangkan aspek akademik, emosional, dan spiritual. Model Pengembangan Program PAUD Berbasis Nilai Pesantren dapat dibedakan menjadi beberapa Komponen Program Terintegrasi berikut: 1. Aspek Akademik Pembelajaran akademik dalam program PAUD ini mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan mata pelajaran dasar seperti literasi, numerasi, dan sains dasar. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa anak-anak tidak hanya mendapatkan pengetahuan tetapi juga memahami dan menerapkan nilai-nilai pesantren dalam kehidupan seharihari. 2. Pengembangan Program Holistik Tabel 10 menjelaskan elemen-elemen penting dalam program yang dirancang beserta contohnya dan ilustrasinya dalam bentuk script. Tabel 10 akan membantu memahami bagaimana elemen-elemen tersebut diimplementasikan dalam program. 130 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 Tabel 10. Elemen Program Pendidikan Elemen Penting Contoh Implementasi Kurikulum Terintegrasi ➢ Pembelajaran Al-Quran dan Hadits ➢ Pengembangan karakter Islami ➢ Keterampilan dasar akademik ➢ Pengembangan sosial-emosional Metode Pembelajaran 3. Model Interaksi Pendidik-Anak Interaksi antara pendidik dan anak didik merupakan inti dari program ini, dengan pendidik berperan sebagai teladan dan pembimbing bagi anak-anak. Pendidik memiliki peran penting dalam pendidikan melalui interaksi edukatif dengan anak didik. Interaksi ini bertujuan untuk membangun hubungan yang mendukung proses belajar. Selain itu, pendidik juga harus memberikan keteladanan yang baik, karena perilaku yang dicontohkan oleh pendidik dapat mempengaruhi karakter anak didik. Keteladanan ini membantu anak didik dalam mengembangkan sikap dan nilai-nilai positif. Selain menjadi teladan, pendidik juga berfungsi sebagai pembimbing yang memberikan arahan dan bantuan kepada anak didik dalam memahami materi pelajaran dan mengatasi berbagai tantangan belajar. Melalui pembimbingan yang efektif, anak didik dapat lebih mudah ➢ ➢ ➢ ➢ Bermain sambil belajar Keteladanan (uswatun hasanah) Pembiasaan positif Eksplorasi lingkungan mencapai potensi maksimalnya. Semua aspek ini—interaksi edukatif, keteladanan, dan pembimbingan—berkontribusi pada perkembangan holistik anak didik, yang mencakup aspek intelektual, emosional, sosial, dan spiritual. Perkembangan holistik ini penting agar anak didik tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kemampuan sosial dan emosional yang baik. Oleh karena itu, peran pendidik sangat vital dalam membentuk generasi yang berkualitas dan berkarakter. Implementasi Program 1. Struktur Program Harian Struktur program harian disajikan dalam serangkaian kegiatan harian yang dapat dilakukan dalam sebuah program pembelajaran terstruktur. Setiap kegiatan disertai dengan contoh dan ilustrasi dalam bentuk script. Perhatikan Tabel 11. Tabel 11. Struktur Program Harian dalam Program Pembelajaran Berbasis Pesantren Nama Kegiatan Contoh Ilustrasi (Script) Pembukaan dengan Doa pagi dan Guru: "Mari kita mulai hari ini dengan doa dan hafalan hafalan surat "Bismillahirrahmanirrahim..." pendek Al-Fatihah berdoa."Siswa: 131 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 Aktivitas pembelajaran terintegrasi Belajar matematika dengan permainan edukasi Guru: "Siapa yang siap untuk permainan hitung cepat hari ini?" Istirahat dan makan bersama Makan siang bersama di taman sekolah Guru: "Ayo, kita makan siang bersama di taman. Jangan lupa cuci tangan!" Kegiatan pengembangan karakter Diskusi kelompok tentang kejujuran Guru: "Bagaimana menurut kalian, mengapa kejujuran itu penting?" Penutup dengan refleksi dan doa Refleksi harian dan doa penutup Guru: "Apa yang kalian pelajari hari ini? Mari kita tutup dengan doa." 132 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 2. Pengembangan Karakter Pengembangan karakter merupakan proses penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam membentuk individu yang berakhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai Islam. Tabel Aspek Pengembangan Karakter Kejujuran Kedisiplinan Kepedulian Sosial Kesederhanaan Tanggung Jawab berikut ini akan menjelaskan lebih lanjut mengenai cara pengembangan karakter melalui pembiasaan dan praktik harian, disertai contoh dan ilustrasi dalam bentuk script pada Tabel 12. Tabel 12. Pengembangan Karakter Berbasis Nilai Islam Contoh Praktik Ilustrasi Script Harian Tidak mencontek Praktik karakter Islami melibatkan beberapa aspek saat ujian penting, seperti kejujuran yang mendorong siswa untuk menjawab soal dengan jujur, kedisiplinan dengan datang tepat waktu untuk sholat dhuha, tanggung jawab dengan menjaga kebersihan kelas setelah pelajaran selesai, dan kerjasama dalam bekerja dalam kelompok untuk membuat proyek masjid mini. Jika soal terjawab dengan jujur, maka siswa akan mendapatkan apresiasi dengan ucapan selamat karena telah lulus dengan kejujuran. Shalat lima waktu Fungsi pengembangan_karakter_berbasis_islam() tepat waktu menetapkan berbagai aktivitas yang mendukung pengembangan karakter berdasarkan nilai-nilai Islam, seperti melaksanakan shalat secara berjamaah ketika waktu shalat tiba, membaca Al-Quran setiap hari, berbagi makanan kepada tetangga, dan mengucapkan syukur atas nikmat setiap hari. Jika waktu shalat telah tiba, maka aktivitas yang dilakukan adalah shalat secara berjamaah. Fungsi ini kemudian mengembalikan daftar aktivitas harian tersebut, dan setiap aktivitas dicetak sebagai praktik harian. Membantu Pengembangan karakter berbasis Islam melibatkan tetangga yang tindakan seperti membantu tetangga yang membutuhkan membutuhkan, mengajak anak untuk shalat berjamaah di masjid, menyisihkan waktu setiap hari untuk membaca AlQuran, dan mengajarkan pentingnya berbagi dengan sesama. Jika terdapat tetangga yang memerlukan bantuan, segera memberikan bantuan adalah tindakan empati yang dianjurkan. Menghindari gaya Pengembangan karakter Islami dapat dilakukan dengan hidup boros beberapa cara, seperti melaksanakan shalat Dzuhur berjamaah di sekolah, mengadakan sesi membaca AlQuran bersama setiap pagi, menyisihkan sebagian uang saku untuk kotak amal, serta mengucapkan terima kasih dan meminta izin kepada orang tua. Menyelesaikan Metode pembelajaran karakter Islami meliputi tugas sekolah pelaksanaan shalat berjamaah di sekolah, mengadakan dengan baik waktu khusus membaca Al-Qur'an setiap pagi, mengajak siswa untuk bersedekah setiap Jumat, serta mengadakan diskusi mingguan tentang akhlak mulia. Praktik harian ini dapat dilakukan apabila tugas sekolah sudah selesai, yang kemudian hasilnya adalah siswa mendapatkan penghargaan atas usaha terbaik mereka. 133 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 5. Evaluasi dan Pengembangan Sebelum kita memasuki tabel, mari kita memahami bagaimana evaluasi program dilakukan dan dampak positif yang telah dicapainya. Evaluasi program ini bertujuan untuk Aspek Evaluasi Ketercapaian Tujuan Pembelajaran Keterlibatan Siswa Penerapan Materi Kualitas Ajar Materi Kepuasan Siswa memastikan hasil yang optimal dan relevansi metode yang digunakan dalam proses pembelajaran. Berikut adalah rincian dari berbagai aspek evaluasi dan keberhasilan program: Tabel 13. Evaluasi dan Keberhasilan Program Pembelajaran Deskripsi Sumber Empiris Contoh Script Mengukur sejauh 1. Johnson, R. (2020). "Impact of Clear "Pada akhir sesi, siswa harus mana tujuan Objectives on Learning Outcomes." Journal dapat menjelaskan konsep pembelajaran telah of Education Studies. 2. Liao, H. et al. (2019). dasar teori X dengan tercapai. "Assessing Learning Objectives through memberikan contoh nyata Student Feedback." Journal of Pedagogical dalam kehidupan sehari-hari." Research. 3. Smith, M. (2021). "Effectiveness of Goal-Oriented Teaching." Educational Psychology Review. Menilai tingkat 1. Kim, S. (2018). "Engagement in Online vs. "Siswa diharapkan aktif partisipasi dan Face-to-Face Learning." Journal of bertanya dan berdiskusi selama keterlibatan siswa Educational Technology. 2. Brown, T. (2020). kelas berlangsung, terutama selama proses "Role of Interactive Activities in Student saat sesi tanya jawab." pembelajaran. Engagement." Academic Journal of Learning. 3. Wang, L. (2021). "Student Participation as a Predictor of Academic Success." Teaching and Learning Quarterly. Evaluasi bagaimana 1. Davis, P. (2019). "Application-Based "Siswa diminta untuk membuat siswa menerapkan Learning: A Case Study." Journal of Applied proyek akhir yang menerapkan materi yang telah Learning. 2. Chen, J. (2020). "Real-World teori yang dipelajari dalam dipelajari dalam Problem Solving in Education." Journal of situasi dunia nyata, seperti situasi nyata. Practical Education. 3. Lee, K. (2021). studi kasus di perusahaan." "Transferring Classroom Knowledge to Workplace Skills." Career and Technical Education Research. Memeriksa seberapa 1. Zhang, Y. (2019). "Content Quality in "Materi harus disusun secara baik materi ajar Educational Materials." Journal of sistematis, mengandung disiapkan dan Curriculum Design. 2. Patel, N. (2020). ilustrasi yang relevan, dan disampaikan. "Improving Teaching Materials for Enhanced disajikan dengan bahasa yang Learning." Journal of Instructional mudah dipahami." Development. 3. Green, R. (2021). "Impact of Well-Designed Curriculum on Learning Outcomes." Journal of Educational Resources. Mengukur tingkat 1. Miller, J. (2018). "Student Satisfaction in "Siswa diminta mengisi survei kepuasan siswa Higher Education." Journal of Educational anonim mengenai pengalaman terhadap program Research. 2. Garcia, L. (2019). "Factors belajar mereka dan pembelajaran. Influencing Student Satisfaction." Journal of memberikan saran perbaikan." Learning and Satisfaction. 3. Thompson, D. (2020). "Evaluating Student Feedback for Program Improvement." Higher Education Review. Tabel 13 menguraikan berbagai aspek evaluasi yang penting dalam menilai keberhasilan program pembelajaran, dilengkapi dengan sumber empiris dan contoh konkret untuk masing-masing aspek.Tabel di atas menggambarkan aspek-aspek evaluasi dan kriteria keberhasilan dalam program pembelajaran.Tabel ini memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana evaluasi dan keberhasilan program pembelajaran diimplementasikan dan dicapai secara berkelanjutan. Model ini sejalan dengan penelitian tentang pentingnya pendidikan kemandirian dan kesejahteraan emosional anak. Keberhasilan bergantung pada komitmen semua pihak dalam mengimplementasikan nilai-nilai pesantren secara konsisten, sambil tetap memperhatikan kebutuhan perkembangan anak usia dini. 4.3 Tantangan dan Strategi Adaptasi dalam Implementasi Implementasi program PAUD berbasis pesantren menghadapi berbagai tantangan yang memerlukan strategi adaptasi yang komprehensif. Tantangan-tantangan ini mencakup aspek penyesuaian anak, keterlibatan orang tua, dan pengelolaan program yang membutuhkan pendekatan sistematis untuk mengatasinya. Tantangan penyesuaian anak di lingkungan baru, seperti pesantren, mencakup beberapa aspek penting. Anak-anak harus mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, mengatasi rasa kehilangan setelah berpisah dengan orang tua, serta menyesuaikan diri dengan rutinitas dan kegiatan di pesantren. Selain itu, pembentukan hubungan sosial baru juga menjadi tantangan yang harus dihadapi. Untuk 134 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 mengatasi tantangan-tantangan ini, beberapa strategi adaptasi yang efektif dapat diterapkan. Dukungan emosional melalui bimbingan konselor sangat penting untuk membantu anak-anak menavigasi perasaan mereka selama masa transisi ini. Selain itu, program orientasi yang dirancang untuk mengenalkan anak pada lingkungan baru dapat membantu mereka merasa lebih nyaman dan siap menghadapi pengalaman baru. Pendampingan oleh guru atau kakak kelas yang berperan sebagai mentor juga dapat memberikan dukungan tambahan serta membantu anak merasa lebih diterima dalam komunitas baru. Keterlibatan orang tua dalam proses adaptasi anak di pesantren sangat penting dan dapat dilakukan melalui beberapa strategi. Komunikasi yang rutin dan terstruktur antara pihak pesantren dan orang tua dapat membantu memastikan orang tua tetap terinformasi mengenai perkembangan anak mereka. Mengadakan pertemuan bulanan, menyediakan laporan perkembangan anak secara berkala, dan melakukan konsultasi individual adalah beberapa cara untuk menjaga komunikasi yang efektif. Selain itu, partisipasi aktif orang tua dalam program yang diselenggarakan oleh pesantren, seperti program parenting dan kegiatan bersama, dapat memperkuat hubungan antara orang tua dan anak serta antara orang tua dan pihak lembaga. Forum diskusi juga dapat menjadi sarana bagi orang tua untuk berbagi informasi dan pengalaman, yang pada gilirannya dapat meningkatkan keterlibatan dan dukungan mereka. Pengelolaan program yang efektif di pesantren memerlukan sistem yang terstruktur dan fleksibel. Menyusun input program yang jelas dan terstruktur adalah langkah awal yang penting. Proses adaptasi yang fleksibel memungkinkan program untuk disesuaikan dengan kebutuhan individu anak. Selain itu, output program yang dapat diukur dan dievaluasi secara berkala sangat penting untuk memastikan keberhasilan program. Evaluasi berkelanjutan diperlukan untuk memantau perkembangan anak, menilai efektivitas keterlibatan orang tua, dan memastikan bahwa tujuan program tercapai. Berdasarkan hasil evaluasi, strategi dapat disempurnakan untuk lebih memenuhi kebutuhan dan tujuan program. Pendekatan komprehensif yang melibatkan semua pemangku kepentingan, seperti yang diusulkan oleh McCalman et al. (2020) dan Baker & Andrews (2019), sangat penting untuk keberhasilan implementasi program PAUD berbasis pesantren. terlihat tidak hanya pada aspek akademik tetapi juga pada perkembangan sosial dan emosional anak. Keberlanjutan program memerlukan evaluasi dan penyesuaian berkelanjutan. Istiqomah & Setiawan (2021) menekankan pentingnya manajemen pesantren yang adaptif dalam mencapai tujuan pendidikan Islam. Refleksi kritis terhadap implementasi program menunjukkan bahwa keberhasilan jangka panjang bergantung pada kemampuan adaptasi dan responsivitas terhadap perubahan. 4.5 Implikasi untuk Pengembangan Program di Masa Depan Temuan penelitian ini membawa implikasi signifikan untuk pengembangan program PAUD berbasis pesantren di masa depan. Sakti et al. (2024) menegaskan pentingnya integrasi nilai-nilai budaya lokal dalam pengembangan program pendidikan. Program PAUD berbasis pesantren perlu terus berkembang dengan mempertahankan nilai-nilai fundamental sambil mengadopsi praktik pendidikan modern yang relevan. Pengembangan ini harus memastikan bahwa nilai-nilai yang diajarkan tetap relevan dan dapat diterima oleh anak-anak dari berbagai latar belakang. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model komunikasi partisipatif dalam pengembangan program PAUD berbasis pesantren, dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. 2. 3. 4.4 Dampak dan Keberlanjutan Program Model komunikasi partisipatif telah memberikan dampak positif dalam menciptakan lingkungan belajar yang responsif. Hanafi et al. (2021) mendukung temuan ini dengan menunjukkan bahwa pendekatan partisipatif dapat meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren. Dampaknya 4. Efektivitas Model Komunikasi Partisipatif: Model ini terbukti efektif dalam memfasilitasi dialog aktif antara pihak pesantren dan orang tua. Efektivitas ini tercermin dari tingkat keterlibatan pemangku kepentingan dalam berbagai program pengembangan yang mencapai hasil signifikan dalam aspek akademik (85%), emosional (80%), dan spiritual (90%). Integrasi Nilai dan Pendekatan Holistik: Integrasi nilainilai pesantren dengan pendekatan komunikasi partisipatif berhasil menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan anak secara holistik. Pendekatan ini menekankan pentingnya keseimbangan antara pengembangan karakter islami, kemampuan akademik, dan keterampilan sosial-emosional. Trust dan Acceptance: Implementasi model komunikasi partisipatif telah memfasilitasi terciptanya kepercayaan dan penerimaan dalam komunitas pembelajaran, yang merupakan elemen esensial untuk partisipasi efektif dalam setting pendidikan anak usia dini. Tantangan Implementasi: Tantangan utama yang teridentifikasi meliputi proses adaptasi anak terhadap 135 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 lingkungan pesantren, keseimbangan antara kemandirian dengan kebutuhan dukungan emosional, dan keterbatasan sumber daya serta infrastruktur pendukung. 5.2 Saran 5.2.1 Bagi Pengelola Pesantren 1. Pengembangan Program: a) Menyusun panduan komunikasi partisipatif yang terstruktur untuk memastikan keterlibatan aktif semua pihak. b) Mengintegrasikan teknologi dalam sistem komunikasi untuk meningkatkan efektivitas dialog dengan pemangku kepentingan. c) Mengembangkan program pelatihan berkelanjutan untuk pendidik dalam implementasi model komunikasi partisipatif. 2. Infrastruktur dan Fasilitas: a) Menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung implementasi komunikasi partisipatif. b) Mengembangkan sistem dokumentasi dan evaluasi program yang terstruktur untuk memonitor efektivitas. 5.2.2 Bagi Pendidik 1. Pengembangan Kompetensi: a) Meningkatkan kemampuan dalam menerapkan model komunikasi partisipatif melalui pelatihan berkelanjutan. b) Mengembangkan strategi mediasi multimodal untuk mendukung komunikasi anak dalam aktivitas pembelajaran. c) Memperkuat kemampuan dalam mengintegrasikan nilai-nilai pesantren dengan metode pembelajaran modern. 2. Praktik Pembelajaran: a) Mengembangkan pendekatan pembelajaran yang responsif terhadap kebutuhan individual anak. b) Menerapkan strategi komunikasi yang beragam, termasuk musik dan bermain peran, untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak. 5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya 1. Pengembangan Penelitian: a) Melakukan penelitian lanjutan dengan fokus pada dampak jangka panjang penerapan model komunikasi partisipatif. b) Mengembangkan instrumen evaluasi program PAUD berbasis pesantren yang komprehensif. c) 2. Melakukan studi komparatif antara berbagai model komunikasi dalam konteks pendidikan anak usia dini di pesantren. Metodologi: a) Menggunakan pendekatan penelitian partisipatif untuk mengembangkan intervensi yang secara kultural dan kontekstual relevan. b) Memperluas cakupan penelitian untuk mengeksplorasi efektivitas berbagai strategi komunikasi dalam konteks pesantren. c) Melakukan studi longitudinal untuk memahami dampak program terhadap perkembangan anak. REFERENSI Afifah, A., Darmayanti, R., Sugianto, R., & Choirudin, C. (2022). How does Newman analyze student errors when solving BADER story problems? AMCA Journal of Religion and Society, 2(2). Ajgaonkar, M. (2022). Student leadership programme: igniting the young minds. Emerald Emerging Markets Case Studies, 12(1), 1 – 20. https://doi.org/10.1108/EEMCS-11-2020-0401 Anggraeni, R. D., & Maulana, A. M. A. (2019). PENGEMBANGAN MODEL DESENTRALISASI ASIMETRIS KAWASAN PERKOTAAN (STUDI DI KABUPATEN INDRAMAYU PROVINSI JAWA BARAT). Decision: Jurnal Administrasi Publik, 1(2). https://doi.org/10.23969/decision.v1i2.1840 Arwan, J. F., Dewi, L., & Wahyudin, D. (2021). Urgensi pendidikan berbasis perubahan iklim untuk pembangunan berkelanjutan. Jurnal Pendidikan Lingkungan Dan Pembangunan …. Astuti, W. W., Darmadi, H., & Firmansyah, S. (2019). PENANAMAN KARAKTER KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SMA NEGERI 1 MEMPAWAH. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 3(2). https://doi.org/10.31571/pkn.v3i2.1440 Aziz, A. (2020). Pengembangan Model Komunikasi Inovasi dalam Implementasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu Berbasis Teknologi Informasi. Repository.Ipb.Ac.Id. Bakhri, S. (2020). Dinamika ekonomi dalam perspektif pesantren. Tasharruf: Journal of Islamic Economics and Business, 1(2), 40–50. Budiarti, E., & Bustomi, A. A. (2024). Curriculum Design Enlightening Parenting: A New Approach in Islamic Primary Education in Indonesia. JPCIS: Journal of Pergunu and Contemporary Islamic Studies, 1(1), 1– 21. Bustomi, A. A. (2019). Kampus Santri: Alternatif Model Sinergi Akulturasi Pendidikan Tinggi Dan Pesantren. Tarbawi: Jurnal Studi Pendidikan Islami, 7(2). Bustomi, A. A. (2020). Reaktivasi paradigma Islam 136 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 wasathiyah masyarakat kampus melalui sinergi potensial pendidikan tinggi &pesantren. AL-IFKAR: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 14(2), 47–63. Bustomi, A. A., Khosiah, N., & Fathurrohman, A. (2025). Developing Pancasila Learning Strategies through Culture-Based Interactive Media in Elementary Schools. Assyfa Learning Journal, 1, 43–56. Bustomi, A. A., Pardianto, P., & Maksum, I. (2021). The multiculturalism of Pesantren: scaffolding diversity of Indonesian society. AL-WIJDÃN Journal of Islamic Education Studies, 6(1), 71–85. Carneiro, L. C. da R., Almada, H. K. S., & Cavalcante, R. B. L. (2024). Entrepreneurial Education for Amazon’s Sustainable Development: An Evaluation of the Genesis Program; [Educação Empreendedora para o Desenvolvimento Sustentável na Amazônia: Uma Avaliação do Programa Gênese]. Revista de Administracao Contemporanea, 28(6). https://doi.org/10.1590/19827849rac2024240182.en Chairiawaty, C. (2019). Pemaknaan Perempuan Kepala Keluarga terhadap Pesan-Pesan Pada Radio Komunitas Pekka FM. Communicatus: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(2). https://doi.org/10.15575/cjik.v3i2.5785 Choirudin, C., In’am, A., & Darmayanti, R. (2021). Snakes and ladders: How do media and RME address the five components of mathematics learning in elementary school? AMCA Journal of Science and Technology, 1(2). Darmayanti, R., Choirudin, C., Hadiroh, S., Sumani, S., Naim, M. A., & Aidha, A. S. (2024). Pizza Vs. PJBL: How mathematics learning media improves high school students creative thinking on trigonometric function limits. Assyfa Journal of Islamic Studies, 1. Fatimah, F. (n.d.). SIKAP SISWA TERHADAP IKLIM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/pkn/articl e/view/10672 Fikri, M., Darmayanti, R., Hussain, N., & Riono, S. H. (2023). How applicable are the KuMo and FiC as teaching tools for mathematics content? Assyfa Journal of Islamic Studies, 1(2). Ghufron, M. I., & Bustomi, A. A. (2022a). Infrastructure Development And Socio-Economic Disparities In Indonesian Society. IJED: International Journal of Economy Development Research, 1(2), 22–33. Ghufron, M. I., & Bustomi, A. A. (2022b). Infrastructure Development And Socio-Economic Disparities In Indonesian Society. IJED: International Journal of Economy Development Research, 1(2), 22–33. Gita, I., & Mulyadi, M. (2019). Implementasi Kebijakan Program Pembangunanpartisipatif Berbasis Komunitas (P3BK) di Kecamatan Pondok Melati Kota Bekasi. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 10(1). https://doi.org/10.46807/aspirasi.v10i1.1255 Hakim, A. Z., Hafiar, H., & Puspitasari, L. (2017a). PENGALAMAN KOMUNIKASI GURU HOMESCHOOLING. EDUTECH, 16(2). https://doi.org/10.17509/e.v16i2.4125 Hakim, A. Z., Hafiar, H., & Puspitasari, L. (2017b). Personal Branding of Homeschooling Teacher (Pengalaman Komunikasi Guru Homeschooling). Edutech, 16(2). Haromain, H. (2020). Kajian Budaya Dan Iklim Dalam Organisasi Pendidikan. … Dibidang Administrasi Pendidikan. http://ejournal.undikma.ac.id/index.php/visionary/article/vi ew/3003 Hazmi, F., Jumaiyah, J., & Syahriar, A. (2022). Peningkatan Daya Saing Kelompok Perajin Alumunium Desa Pecangaan Kulon Pecangaan Jepara. Jurnal Puruhita, 4(2). https://doi.org/10.15294/puruhita.v4i2.64834 Hidayat, N. L. (2020). Strategi Komunikasi Dakwah Penyuluh Agama Islam Dalam Pembinaan Keluarga Sakinah (Studi Kasus Di Kampung Sakinah Kabupaten. Indonesian Journal of Islamic Communication, Vol 3(No 1). Huda, S., & Bustomi, A. A. (2024). Transformasi Demitologi dalam Layanan Sosial Dakwah: Studi Etnografi Empat Kiai di Pulau Jawa. Jurnal Komunikasi Islam, 14(2), 299–344. Humairoh, S., Imani, A., & Bustomi, A. A. (2022). Penggunaan Metode Pembelajaran Edutainment, Apakah Berhasil dalam Meningkatkan Hasil Belajar Agama Siswa di Sekolah Menengah Atas.? RAHMATAN LIL ALAMIN: Journal of Peace Education and Islamic Studies 5 (2 …. Indonesia, C. N. N. (2021). Nadiem: Sistem Pendidikan Kita Gagal Edukasi Perubahan Iklim. November. Irsan, I., G, A. L. N., Naasa, H., Arfin, C., & Arman, A. (2024). Program Kemitraan Dosen LPTK Dengan Sekolah (KDS): Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pelatihan Metode Fun Learning Berbantuan Media Audio Visual. Journal Of Human And Education (JAHE), 4(1). https://doi.org/10.31004/jh.v4i1.572 Jamil, A. S., & Alivia, P. F. (2025). Perancangan UI/UX Website Pondok Pesantren Al-Ikhlas. Dimensi: Jurnal Ilmiah Komunikasi Dan Seni Desain Grafis, 5(2), 65– 73. Karim, D. (2014). Pengaruh Pembelajaran Model Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif Dan Menyenangkan (Pakem) Terhadap Efektivitas Pembelajaran Teknik Dasar Service Bola Voli. Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, 2(2). Khairani, E., Maksum, H., Rizal, F., & Adri, M. (2022). Validitas pengembangan modul pembelajaran berbasis project based learning pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 7(2). https://doi.org/10.29210/30031489000 Kusumaningsih, D., Darmayanti, R., & Latipun, L. (2024). How Mendeley Software Enhances Students’ Scientific Writing through Mentorship and Training 137 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 Opportunities. Jurnal Inovasi Dan Pengembangan Hasil Pengabdian Masyarakat, 2(1), 46–58. Laila, A. R. N., In’am, A., & Darmayanti, R. (2022). AKM content: developing a mathematical problem-solving test based on Islamic context at MTs. AMCA Journal of Religion and Society, 2(1). Lestari, J. T., Darmayanti, R., & Arifin, Z. (2024). Integration of Artificial Intelligence in Islamic Education Curriculum. JPCIS: Journal of Pergunu and Contemporary Islamic Studies, 1(1), 55–78. Makrufi, A. D., Aliza, N. F., & Tahang, H. (2023). Edukasi pencegahan tindak perundungan (bullying) pada siswa sekolah dasar. Hayina, 3(1). https://doi.org/10.31101/hayina.3278 Manasikana, A., Anwar, M. S., Setiawan, A., Choirudin, C., & Darmayanti, R. (2023). Eksplorasi Etnomatematika Islamic Center Tulang Bawang Barat. Jurnal Perspektif, 7(1), 34–49. Nudin, M. F., & Bustomi, A. A. (2024a). Efektivitas Metode Role Playing dalam Meningkatkan Hasil Belajar PAI di SMA Sabiluth Thayyib Kota Pasuruan: The Effectiveness of the Role Playing Method in Improving PAI …. TA’LIMUNA: Jurnal Pendidikan Islam, 13(2), 138–145. Nudin, M. F., & Bustomi, A. A. (2024b). Efektivitas Metode Role Playing dalam Meningkatkan Hasil Belajar PAI di SMA Sabiluth Thayyib Kota Pasuruan: The Effectiveness of the Role Playing Method in Improving PAI …. TA’LIMUNA: Jurnal Pendidikan Islam, 13(2), 138–145. Nurita, D. (2021). Menanti Integrasi Pendidikan Iklim dalam Kurikulum. Tempo. Pandia, W. S. S., Suharsiwi, S., Darmayanti, R., & de Araújo, F. C. (2022). Is MonoMart with an Islamic context: Monopoly-smart media effective in elementary school game-based mathematics learning? Numerical: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 6(2). Pramitha, D. (2020). REVITALISASI KEPEMIMPINAN KOLEKTIF-KOLEGIAL DALAM MEMBANGUN EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ORGANISASI PESANTREN (STUDI INTERAKSIONISME SIMBOLIK DI PONDOK PESANTREN JOMBANG). Journal EVALUASI, 4(1). https://doi.org/10.32478/evaluasi.v4i1.355 Rahmasari, D. (2018). STRATEGI KEHUMASAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG DALAM MENYOSIALISASIKAN PROGRAM FESTIVAL ALAZHOM MELALUI MEDIA SOSIAL. Komunikasi Dan Penyiaran Islam. Risdiyanto, B., & . I. (2019). Komunikasi Pariwisata Desa Rindu Hati Kecamatan Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu. Jurnal Kaganga: Jurnal Ilmiah Sosial Dan Humaniora, 3(2). https://doi.org/10.33369/jkaganga.3.2.10-19 Risdiyanto, B., & . I. (2022). Komunikasi Pariwisata Desa Rindu Hati Kecamatan Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu. Jurnal Kaganga: Jurnal Ilmiah Sosial Dan Humaniora, 3(2). https://doi.org/10.33369/jkaganga.3.2.11-20 Ritonga, S. I., Ritonga, W. A., Syafaruddin, Tanjung, A. M., & Musri, M. A. (2020). Pengaruh Kepemimpinan dan Kompetensi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru pada Smks Harapan Al-Washliyah Sigambal Kabupaten Labuhanbatu. Jurnal Al-Khawarizmi: Pendidikan Matematika Volume, 2(1). Santoso, I. (2021). Pendidikan Pelatihan (Diklat), Iklim Organisasi, dan Motivasi Berprestasi. Semarang: Penerbit NEM. Sefira, R., Setiawan, A., Hidayatullah, R., & Darmayanti, R. (2024). The influence of the snowball throwing learning model on Pythagorean theorem material on learning outcomes. Edutechnium Journal of Educational Technology, 2(1), 1–7. Servín, C. (2024). Programming Workbook: A Collaborative Coding Fusion (Print and Digital) for Mastering Programming Fundamentals. Annual Conference on Innovation and Technology in Computer Science Education, ITiCSE, 2, 789 – 790. https://doi.org/10.1145/3649405.3659523 Sulhan, A. (2017). Manajemen Hubungan Masyarakat dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat sekitar di Ma At-Tahzib Kekait Gunungsari. JURNAL PENELITIAN KEISLAMAN, 13(2). https://doi.org/10.20414/jpk.v13i2.784 Sutton, P. C., Wang, X., & Qi, B. (2022). Apostasy of an “Anti-Assessment” Curmudgeon: Developing a Geographic Concept Inventory for Assessing Program-Level Learning Outcomes in a Department of Geography. Annals of the American Association of Geographers, 112(6). https://doi.org/10.1080/24694452.2021.2008861 Tamitiadini, D., Dewi, W., & Adila, I. (2019). INOVASI MODEL MITIGASI BENCANA NON STRUKTURAL Dalam pembahasan Rencana Pemba-. Jurnal Komunikasi, XIII. Tashman, P., Flankova, S., van Essen, M., & Marano, V. (2022). Why Do Firms Participate in Voluntary Environmental Programs? A Meta-Analysis of the Role of Institutions, Resources, and Program Stringency. Organization and Environment, 35(1), 3 – 29. https://doi.org/10.1177/1086026621990063 Theory, Z., How, Business, Meet, J., Challenge, W. G., & Ouchi. (2014). Tinjauan mata kuliah komunikasi. Oleh Edgar H. Schein, 9(1). Ulfah, E. M., & Bustomi, A. A. (2023). MODEL KOMUNIKASI SOSIAL KEAGAMAAN PEMERINTAH DAN TOKOH AGAMA DALAM MELAKUKAN PEMBINAAN TERHADAP MANTAN ANGGOTA GAFATAR DI KABUPATEN TRENGGALEK. Center of Education Journal (CEJou), 4(1), 73–93. Usmiyatun, U., Darmayanti, R., Safitri, N. D., & Afifah, A. (2021). Cognitive style, thinking ability, mathematical problems, how do students solve open-ended problems? AMCA Journal of Science and Technology, 138 Penerapan Model Komunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program ... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2 (2), 121-138, 2024 1(2). Vedianty, A. S. A., Nurhayati, D., Darmayanti, R., & Lestari, A. S. B. (2022). MANIS: Mathematics, analysis, and mathematical communication. How is the student’s self-confidence? AMCA Journal of Education and Behavioral Change, 2(2). Widodo, N. S. (2020). Implementasi Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) di PT. Pelindo Marine Service. Jurnal Aplikasi Pelayaran Dan Kepelabuhanan, 10(2). https://doi.org/10.30649/japk.v10i2.78 Yuniwati, E. D., Darmayanti, R., & Farooq, S. M. Y. (2023). How is organic fertilizer produced and applied to chili and eggplant plants? AMCA Journal of Community Development, 3(2), 88–94. Zulfakar, Sakti, H. G., & Mustamiin, M. Z. (2021). Pemanfaatan Media Pembelajaran Model Linktree Untuk Membantu para Guru Dalam Proses Pembelajaran Online di MA Al-Akhiyar LABU API Lombok barat. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1). 139