©
2023 Agung Cahya Karyadi (s). This is a Creative Commons License. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-
NonCommertial 4.0 International License.
Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, vol. 1 (2), pp. 76-82, 2023
Received 03 Sep 2023/ published 25 Sep 2023
https://doi.org/10.61650/jptk.v1i2.508
Meningkatkan Kemampuan Kognitif
Anak Usia 5-6 Tahun Melalui
Pemanfaatan Media Loose Part
Agung Cahya Karyadi
1
, Maria Rosa
2
Universitas Trilogi Jakarta, Indonesia
E-mail correspondence to:
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana pengaruh
pemanfataan media loose parts dalam meningkatkan kemampuan
kognitif anak usia 5-6 tahun yang mencangkup memecahkan masalah,
berfikir logis, berfikir kreatif, dan mengenal simbol di Paud SuryaKasih
Rawa Bebek kelompok TK B. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini
menggunakan model Kemmis dan Taggart dimana setiap siklusnya
mengikuti langkah sistematis sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian
dan kebutuhan parameter penelitian. Tahapan- tahapan penelitian
meliputi: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan (4)
refleksi. Sebelum melakukan penelitian, diadakan penelitian pra
tindakan untuk mengetahui hasil presentase awal meningkatkan
kemampuan kognitif anak. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemampuan kognitif
anak dapat meningkat setelah menggunakan media loose parts. Hal ini
dapat dilihat dari hasil penelitian kemampuan awal kognitif anak
kelompok B rata-rata 34,97%. Setelah dilakukan tindakan kelas pada
Siklus I meningkat menjadi 55,45% dan pada tindakan Siklus II
meningkat menjadi 83,45%. Peningkatan dari Pra Penelitian ke Siklus 2
sebesar 48,48%. Media loose parts cukup efektif memberikan inspirasi
dalam bermain pada anak usia dini. Implikasi dari penelitian ini adalah
memperdalam dan memperkaya wawasan bermain menggunakan
pemanfaatan media loose parts untuk meningkatkan kemampuan
kognitif anak usia 5-6 tahun.
Keywords: Anak Usia Dini Kritis; Kemampuan Kognitif; Loose Parts;
Penelitian Tindakan Kelas.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu upaya pembinaan dalam
meningkatkan mutu sumber daya manusia yang dapat bersaing
baik di Indonesia maupun di internasional (Jian, 2020; Mozaffar,
2020). Tentunya dalam menghadapi tantangan di abad 21, sistem
menyeluruh yang dimulai dari 3 pilar penting yaitu, keluarga
(Hofmann, 2021), masyarakat (Zhang, 2021) dan pemerintah (Hu,
2021; Sheng, 2022; Zhe, 2022). Keluarga memiliki peran utama
dalam mengenalkan nilai-nilai pendidikan, seperti anggota keluarga
yang saling bekerjasama ada orang tua dan anak (McCormack,
2023; Naish, 2023a; Sudarti, 2023). Masyarakat memiliki peran
selanjutnya setelah keluarga, pendidikan akan berjalan selaras jika
masyarakat ikut mengambil bagian dalam hal ini (Jaruchainiwat,
2024; Nicholson, 2023). Masyarakat memiliki aturan yang
disepakati bersama seperti budaya masyarakat (Jaruchainiwat,
2024; Voronov, 2022), tingkat sosial yang saling menghargai dan
peranan sosial. Pemerintah Direktorat PAUD Depdiknas
menyatakan bahwa PAUD adalah suatu proses pembinaan tumbuh
kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh
yang mencakup aspek fisik dan non fisik (van Rooijen, 2023;
Wahyuni, 2023), dengan memberikan rangsangan bagi
perkembangan nilai agama dan moral , motorik, social emosional,
bahasa, dan kognitif yang tepat agar anak dapat berkembang
secara optimal.
Hal ini ditegaskan dalam Undang- undang No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 yang
menyatakan: “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu
upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut”
Mengingat masa usia dini merupakan masa yang sangat
potensial untuk dikembangkan berbagai potensinya, maka pada
masa ini saat yang tepat bagi anak untuk memperoleh stimulasi
pendidikan. Stimulasi pendidikan ini diharapkan akan dapat
mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak seperti aspek
perkembangan moral-agama, fisik motorik, sosial-emosional,
bahasa, termasuk aspek perkembangan kognitif (U Sulaiman, N
Ardianti, Indonesia Jurnal 2019).
.
Karyadi & Rosa, Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 1 (2), 76-90, 2023
79
Kognitif adalah suatu proses berfikir(Fikriyati, 2023; Meng,
2020), yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai,
dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses
kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan yang menandai
seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan
kepada ide-ide dan belajar.
Perkembangan kognitif sangat diperlukan untuk
pengembangan kemampuan kognitif. Montolalu menyatakan
bahwa kemampuan yang diharapkan pada anak usia 5-6 tahun
dalam aspek perkembangan kognitif, yaitu mampu untuk berfikir
logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah dan
menemukan hubungan sebab akibat
Dalam Permendikbud No 137 Tahun 2014 tentang standart
pendidikan nasional dijelaskan bahwa adanya Standart Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) salah satunya adalah
perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun.
Berkembangnya kemampuan berpikir, dapat membuat anak
menjadi mudah dalam menguasai pengetahuan yang luas dan
umum sehingga anak memiliki kesiapan dalam kehidupan
bermasyarakat. Untuk membantu berkembangnya aspek kognitif,
anak usia dini perlu dibekali dengan adanya pengalaman belajar
yang telah dirancang berdasarkan kemampuan anak usia dini
dengan menggunakan metode yang dapat mengembangan aspek
kognitif yaitu penggunaan media loose parts (ERV Dewi, H Hibana,
M. Ali 2023).
Berdasarkan hasil penelitian awal di PAUD Suryakasih Rawa
Bebek Jakarta Timur, ditemukan permasalahan perkembangan
kognitif anak, dari populasi total 30 anak dalam satu kelas terdapat
20 anak yang mengalami permasalahan dalam perkembangan
kognitifnya. Dari permasalahan yang ditemukan peneliti, tahapan
perkembangan kognitif, kemampuan pemecahan masalah anak
belum mampu memecahkan masalahnya sendiri, anak belum
mampu menunjukkan sikap kreatif, anak belum mampu berfikir
logis dan belum mampu berfikir simbolis dimana anak-anak masih
terpola dengan pembelajaran yang bersifat penugasan dengan alat
dan bahan yang telah ditentukan oleh guru. Dengan demikian
dibutuhkan metode pembelajaran yang relevan dalam
pembelajaran anak usia dini dalam meningkatkan kemampuan
kognitif tersebut dengan memanfaatkan media pembelajaran yang
sifatnya terbuka seperti loose parts. Menurut Sally Haughey,
pendiri Fairy Dust Teaching, Loose parts diartikan sebagai bahan-
bahan yang terbuka, dapat terpisah, dapat dijadikan satu kembali,
dibawa, digabungkan, dijajar, dipindahkan, dan digunakan sendiri
ataupun digabungkan dengan bahan-bahan lain.
Dari definisi tersebut, maka ketika anak bermain dengan loose
parts, anak dapat memainkan loose parts sesuai keinginan anak.
Loose parts memiliki sifat terbuka, sehingga sangat lentur, mudah
untuk diubah, ditambahkan, dimodifikasi, dan sebagainya, yang
secara langsung pembelajaran berpusat kepada anak. Selain
meningkatkan kemampuan kognitif anak, media loose parts dapat
mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak yang lainnya.
Kata media berasal dari Bahasa latin yang merupakan bentuk
jamak dari “medium” secara harafiah berarti perantara atau
pengantar (Septy Nurfadhilah, 2021 Media Pembelajaran).
Menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education
Association/NEA) dalam buku Arief Sadiman, dkk, media adalah
bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta
peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat,
didengar, dan dibaca. Adapun batasan yaitu bahwa media adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sed emikian
rupa sehingga proses belajar terjadi.
Dalam aktivitas pembelajaran, media dapat didefenisikan
sebagai sesuatu yang dapat dijadikan sarana penyampaian
informasi antara guru dan siswa. Media pembelajaran secara
keseluruhan merupakan suatu alat atau bahan yang digunakan
dalam proses belajar mengajar yang memiliki fungsi sebagai
pembawa informasi dari sumber belajar.
Media yang digunakan dalam pembelajaran hendaknya sesuai
dengan kondisi sekolah, peserta didik serta sesuai tujuan
pembelajaran. Tujuan pemanfaatan media dalam pembelajaran
adalah untuk mengefisiensikan proses pembelajaran. Secara umum
dapat dikatakan media mempunyai manfaat sebagai berikut:
a) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistic
b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga dan daya indra
c) Menimbulkan semangat belajar, interkasi lebih langsung antara
siswa dan sumber belajar
d) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan
kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya
e) Memberi rangsangan, pengalaman dan menimbukan persepsi
yang sama.
Menurut Gerlach dan Ely, media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi dan kejadian yang membangun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
ketrampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan
lingkungan sekolah merupakan media. Sedangkan menurut
Criticos, media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu
sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.
Istilah Loose Parts mulai digunakan pada tahun 1971 oleh
seorang arsitek kelahiran London bernama Simon Nicholson yang
menerbitkan karyanya tentang “How Not to Cheat Childtren the
Theory of Loose Parts”. Nicholson mengatakan bahwa lingkungan
adalah tempat interaktif bagi anak, dimana anak itu sendiri terlahir
sebagai pribadi yang kreatif. Dengan lingkungan yang terbuka maka
memungkinkan anak menjadi seorang penemu dengan adanya
interaksi anak dengan lingkungan.
Nicholson menggambarkan Loose Parts sebagai variable” yang
menyediakan contoh-contoh seperti berbagai material dan bentuk,
bau-bau dan fenomena fisik lainnya seperti listrik, magnet dan
gravitasi; media seperti gas dan cairan; suara, musik, gerakan;
reaksi kimia, masakan dan api; orang, tanaman, kata, konsep, dan
ide. Dengan semuanya itu anak senang bermain, berekserimen,
menemukan dan menjadi senang.
Loose parts berasal dari bahasa inggris yang berarti bagian
longgar. Dalam sebuah permainan, bagian yang longgar adalah
bahan yang dapat dipindahkan, dibawa, digabungkan, dirancang
ulang, disejajarkan, dan dipisahkan dan disatukan kembali dengan
berbagai cara. Mereka adalah bahan tanpa set arah tertentu yang
dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan bahan
lainnya. Loose parts adalah bahan yang dapat di pindahkan, di
bawa, di gabungkan, dirancang ulang, dipisahkan dan disatukan
kembali dengan berbagai cara. Loose parts menciptakan
kemungkinan kreasi tanpa batas dalam aktifitas pembelajaran dan
mengundang kreativitas anak.
Menurut Sally Haughey, pendiri Fairy Dust Teaching, Loose
parts diartikan sebagai bahan-bahan yang terbuka, dapat terpisah,
dapat dijadikan satu kembali, dibawa, digabungkan, dijajar,
dipindahkan, dan digunakan sendiri ataupun digabungkan dengan
bahan-bahan lain Dapat berupa benda alam yang sintetis. Dari
definisi tersebut, maka ketika anak bermain dengan loose parts,
anak dapat memainkan loose parts sesuai keinginan anak. Loose
parts memiliki sifat terbuka, sehingga sangat lentur, mudah untuk
diubah, ditambahkan, dimodifikasi, dan sebagainya.
Diane Khasin sebagai peneliti tentang Technology Incuiry Based
learning menuliskan di dalam blog-nya bahwa dengan bermain
loose parts maka anak akan menjadi pencipta/perancang dari pada
sekadar menjadi pemakai (Loose Parts: Children as Creators rather
than Consumers). Kashin mengatakan bahwa loose parts
merupakan material bebas dari apa saja yang dapat dimainkan anak
Karyadi & Rosa, Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 1 (2), 76-90, 2023
80
berupa benda-benda alam, benda-benda daur ulang, dan benda-
benda buatan pabrik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Loose Parts adalah
bahan-bahan atau benda terbuka yang dapat dipindahkan,
digabungkan, dipisahkan, dirancang ulang, disejajarkan dengan
berbagai benda lain untuk menstimulasi daya kognitif dan memiliki
karakteristik sifat terbuka, sehingga sangat lentur, mudah untuk
diubah, ditambahkan, dimodifikasi, dan sebagainya.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah Penelitian
Tindakan Kelas, dimana peneliti sebagai guru yang berperan
sebagai peneliti dan melakukan intervensi terhadap permasalahan
yang ditemukan dalam proses pembelajaran di kelas. Desain
intervensi tindakan atau rancangan siklus penelitian ini
menggunakan model Kemmis dan Taggart yaitu model dari siklus ke
siklus dengan target meningkatkan kemampuan kognitif anak
melalui pemanfaatan media loose parts dalam pembelajaran. Siklus
ini pada dasarnya meliputi tahap-tahap sebagai berikut (Caldwell,
2023; Pereira, 2023): (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) observasi,
(d) refleksi, kemudian dilanjutkan dengan perencanaan ulang,
tindakan, observasi, dan refleksi untuk siklus berikutnya, berikut
seterusnya sehingga membentuk spiral.
Dimana dalam penelitian dapat meningkatkan kemampuan
kognitif anak pada anak usia 5-6 tahun melalui pemanfaatan media
loose parts yang mencangkup kemampuan memecahkan masalah
(Naish, 2023b; Simoncini, 2021), kemampuan berfikir kreatif
kemampuan berfikir kritis dan kemampuan membaca simbol .
Dalam penelitian di atas kita dapat analisis bahwa belum ada
penelitian yang membahas kemampuan kognitif anak usia 5-6
tahun melalui pemanfaatan media loose parts dan bagaimana
media loose parts dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak
usia 5-6 tahun pada kelompok B.
Indikator keberhasilan dalan penelitian ini adalah
berkembangnya kemampuan kognitif anak setelah dilakukan
pembelajaran dengan media Loose Parts. Peneliti berharap dari
siklus yang dilakukan mencapai ketuntasan perkembangan kognitif
dengan media loose parts untuk anak sebesar 75% dari seluruh
anak yang ada. Besaran presentase kriteria keberhasilan
peningkatan kemampuan kognitif anak usia 5-6 tahun diperoleh
dari standar operasional kurikulum Paud SuryaKasih Rawa Bebek
Jakarta Timur.
Hasil dan Pembahasan
Dalam menggunakan media Loose Parts dengan
memperhatikan penyajian atau penataan alat main (invitasi) yang
semenarik mungkin sehingga dapat mengundang anak untuk
bermain. Penggunaan bahasa provokasi sebagai konsep awal
anak(perencanaan ide dan kreatifitas anak), baik dapat berupa
kalimat atau gambar sehingga menstimulus anak usia dini
mengembangkan ide dan kreatifitasnya dalam membuat suatu
project. Mencari tema yang sederhana dan dekat dengan anak,
akan jauh lebih mudah mengembangkan imajinasi anak usia dini.
Dengan penggunaan media Loose Parts akan menstimulus anak
untuk berfikir terbuka (Kusumaningsih et al., 2024), berfikir kritis
dan dapat mengenali masalah yang dihadapi dalam bermain, serta
memberikan kebebasan pada anak dalam bermain sejak usia dini.
Diharapkan anak usia dini sudah terbiasa berfikir kritis sehingga
menciptakan generasi penerus bangsa yang dapat memecahkan
masalahnya sendiri dengan pengalaman bermain media Loose
Parts.
Dengan pembelajaran dengan media Loose Parts Guru dapat
mengembangkan kemampuan kognitif anak. Dengan
mengembangkan permainan menggunakan media loose parts anak
diberikan kebebasan dalam berfikir kritis, memberikan kesempatan
anak untuk belajar dengan banyak media dan pengalaman yang
baru. Media loose parts yang sifatnya terbuka dan lepasan dapat
dijumpai di sekolah, di rumah maupun dimanapun. Dan bermain
menggunakan media loose parts dapat meningkatkan kemampuan
kognitif anak usia 5-6 tahun di Paud SuryaKasih Rawa Bebek. Tidak
semua bahan media loose parts aman digunakan dalam kegiatan
bermain bersama anak. Untuk itu hendaknya guru, orang tua atau
para praktisi di bidang pendidikan anak lebih selektif dalam memilih
bahan media loose parts dan memperhatikan standar keamanan
alat main anak/media bermain anak.
Gambar 1. Media invitasi loose parts dengan tema “kesukaanku”
dan sub tema “mainanku”
Pada Gambar 1 di atas, terlihat penataan invitasi yang dibuat
dengan tema “kesukaanku” dan sub tema “mainanku”. Penataan
invitasi ini untuk anak usia 5-6 tahun (Kelompok TK B). Material
loosse parts di tata sedemikian rupa untuk memantik minat anak
dalam bermain. Dalam hal ini guru menjelaskan di awal dahulu
tentang tema, sub tema dan sub-sub tema yang sudah ditentukan
sebelumnya dengan kesepatan anak-anak dan guru (Triono et al.,
2023). Dalam penataan di invitasi, ada bahasa provokasi yang
diletakkan dalam invitasi sebagai literasi. Sebelum membuat
invitasi, kita sudah sepakat di awal pembahasan yang kita akan
pelajari selama 2 minggu ke depan adalah bermain(kesukaanku) di
taman.
Hal ini menjadi acuan dalam pemilihan material loose parts
yang akan digunakan seperti: kelapa kecil (Syaifuddin et al., 2022),
batu-batuan, selongsong, kain, jepitan baju, batang kayu, kain
flannel dan potongan kayu. Dengan barang-barang yang memantik
sesuai dengan gambar taman yang diberikan, diharapkan anak-
anak dapat mengaplikasikan ke dalam project. Saat pembelajaran
pembuatan project, anak-anak mengambil bahan material loose
parts dan membangun taman sesuai dengan imajinasinya
(Darmayanti et al., 2022). Dan tidak butuh waktu lama, anak-anak
bahkan membuat taman dengan alat main (playground) di dalam
taman. Anak-anak menjadikan selongsong plastik sebagai pagar
tamannya dan pinggiran kolam ikan (Rahmawati et al., 2023); anak-
anak membuat ranting-ranting pohon sebagai jungkat-jungkit.
Tidak hanya itu, anak-anak mengikatkan biji kelapa dengan tali dan
menjadikan alat pancing untuk memancing di kolam yang ada di
taman.
Gambar 2. Media invitasi loose parts dengan tema “matematika”
dan sub tema “perbandingan”
Pada gambar 2 di atas, terlihat penataan invitasi yang dibuat
dengan tema “matematika” dan sub tema “perbandingan”
(Darmayanti, 2023). Penataan invitasi ini untuk anak usia 4-5 tahun
Karyadi & Rosa, Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 1 (2), 76-90, 2023
81
(Kelompok TK B). Hal ini menjadi acuan dalam pemilihan material
loose parts yang akan digunakan seperti: balok kayu halus, balok
kayu kasar, kerrang, rumput, pspsn kayu dan mainan pelengkap
seperti harimau dan jerapah. Anak bisa mengenal matematika sejak
dini melalui konsep perbandingan (Safitri, Setiawan, Darmayanti, et
al., 2023), persamaan, ukuran, bentuk, berat bahkan berhitung.
Saat kegiatan pembelajaran, anak-anak mengambil benda-benda
tersebut dan menata sesuai ide dan imajinasinya. Seperti
mengurutkan ukuran dari besar ke kecil, Menyusun benda dari yang
paling besar sampai paling kecil membentuk menara. Anak usia dini
belajar menghitung benda-benda yang digunakan. Pada bagian ini,
anak merasa sangat puas jika bisa menyusun benda ke atas dan
tidak jatuh (seimbang).
Gambar 2. Media invitasi loose parts dengan tema “numerasi” dan
sub tema “berhitung
Pada gambar 3 di atas, terlihat penataan invitasi yang dibuat
dengan tema “numerasi” dan sub tema “berhitung”. Penataan
invitasi ini untuk anak usia 3-4 tahun (Kelompok PG). Material loose
parts di tata sedemikian rupa untuk memantik minat anak dalam
bermain terutama melalui angka. Dalam hal ini guru menjelaskan di
awal dahulu tentang angka 1-10. Material loose parts yang
digunakan seperti (Mukarima et al., 2024): flash card angka
(Ardiyanti et al., 2024), daun pisang (Astuti et al., 2023), ape jari
tangan, batu, bunga pakis, kerng, biji sawo dan batu-batu karang
yang berukuran kecil. Diharapkan anak-anak dapat terangsang
untuk bermain setelah melihat penataan invitasi loose parts dan
dapat mengaplikasikan ke dalam project. Saat pembelajaran anak-
anak mengambil sesuai flash card angka dan menhitung jumlah
benda sesuai flash card angka tadi (Pratama et al., 2023). Ada juga
yang mengambil APE jari dan melipat satu jarinya, kemudian anak
tersebut menghitung sis acari yang tidak terlipat.
Gambar 3. Media invitasi loose parts dengan tema “negara” dan
sub tema “pancasila”
Pada gambar 3 di atas, terlihat penataan invitasi yang dibuat
dengan tema “Negara” dan sub tema “Pancasila”. Penataan invitasi
ini untuk anak usia 5-6 tahun (Kelompok TK B). Material loose parts
di tata sedemikian rupa untuk memantik minat anak dalam bermain
dan menambah wawasan mengenai Pancasila. Anak bisa mengenal
lambang Pancasila beserta isi silanya sejak dini melalui lambang
gambar. Saat kegiatan pembelajaran, anak-anak mengambil benda-
benda tersebut dan menyusun sesuai ide dan imajinasinya.
Material yang digunakan masih menggunakan media loose parts
seperti : biji sawo yang berwarna orange dan hijau, batu-batuan,
karang, kayu, daun kering, kapas dan kerrang. Dalam penataan juga
ada gambar Garuda Pancasila untuk membangun wawasan anak
usia dini dalam Memahami lambang Pancasila. Dalam bermain
anak-anak membuat padi dan kapas menggunakan ranting kayu,
biji sawo dan kapas yang disusun seperti padi kapas sesuai dengan
ide dan imajinasi anak. Bahkan anak bisa menyebutkan kalua padi
dan kapas adalah lambang sila ke 5 dari Pancasila.
Tabel 1. Hasil Penelitian Per Siklus
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Peningkatan
34,97%
55,45%
83,45%
48,48%
Tabel di atas menyatakan bahwa terjadi peningkatan
kemampuan kognitif anak sebesar 48,48% dan kemampuan kognitif
anak mencapai 83,45% (Safitri, Setiawan, & Darmayanti, 2023).
Kemampuan kognitif anak mencapai 83,45 %memiliki arti bahwa
anak mengalami peningkatan kemampuan kognitif dari belum
muncul hingga berkembang sangat baik. Peningkatan kemampuan
kognitif anak merujuk pada perubahan kemampuan berfikir kritis,
berfikir kreatif, membaca simbol dan memecahkan masalah.
Berdasarkan perbandingan presentase kemampuan kognitif anak
pada Pra Siklus dengan data pada siklus-siklus 1 terjadi peningkatan
kemampuan kognitif anak sebesar 20,48% setelah diberikan
tindakan berupa media loose parts dalam bermain (Yuniwati,
2024). Perlu dilakukan siklus dikarenakan rata-rata kemampuan
kognitif anak belum mencapai indikator kemampuan kognitif
secara maksimal. Selain itu adanya siklus lanjutan untuk memantau
signifikasi kenaikan yang ada (Setiawan & Waluyo, 2023). Maka
peneliti memberikan tindakan kembali dalam siklus ke 2. Pada
siklus ke 2 ternyata terbukti adanya peningkatan presentase
sebesar 28% dan tercapainya indikator keberhasilan sebesar
83,45%.
Kesimpulan
Kemampuan kognitif anak merupakan salah satu aspek yang
penting dalam tumbuh kembang anak usia 5-6 tahun. Kemampuan
kognitif yang meliputi, berfikir logika, kreatif, mengenal simbolis
dan berfikiri kreatif dalam perkembangan bermainnya dapat
diberikan stimulus dengan pembelajaran menggunakan media
loose parts. Hal ini nampak sangat signifikan proses
perkembangannya. Tingkat pencapaian kognitif anak usia dini
sangat bergantung dengan metode pembelajaran yang diberikan
oleh guru di sekolah.
Referensi
Ardiyanti, B., Choirudin, C., & Ningsih, E. F. (2024). Etnomatematika
Bangunan Pionering Pramuka terhadap Minat dan Kreativitas
Siswa. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 3, 156161.
Astuti, T., Ningsih, E. F., Choirudin, C., & Sugianto, R. (2023).
Eksperimentasi Model Pembelajaran Stay Two Stray (TS-TS)
dan Think Pair Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar. Jurnal
Penelitian Tindakan Kelas, 1, 3945.
Caldwell, H. A. T. (2023). Impact of an outdoor loose parts play
intervention on Nova Scotian preschoolers’ physical literacy: a
mixed-methods randomized controlled trial. BMC Public
Health, 23(1). https://doi.org/10.1186/s12889-023-16030-x
Darmayanti, R. (2023). ATM sebagai bahan ajar dalam membantu
pemahaman bilangan PI siswa SD, matematikanya dimana?
Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 1(2).
Darmayanti, R., Sugianto, R., Muhammad, Y., & da Silva Santiago, P.
V. (2022). Analysis of Students’ Adaptive Reasoning Ability in
Solving HOTS Problems Arithmetic Sequences and Series in
Terms of Learning Style. Numerical: Jurnal Matematika Dan
Pendidikan Matematika, 7390.
Fikriyati, M. (2023). Use of Loose Part Media With Cardboard and
Sand Materials in Islamic Children’s Schools. Nazhruna: Jurnal
Karyadi & Rosa, Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak... Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 1 (2), 76-90, 2023
82
Pendidikan Islam, 6(1), 6071.
https://doi.org/10.31538/nzh.v6i1.2858
Hofmann, M. (2021). Towards Human and Robot Collaborative
Ergonomic Handling of Long Parts with a Loose Grip. IFIP
Advances in Information and Communication Technology, 620,
249259. https://doi.org/10.1007/978-3-030-72632-4_18
Hu, J. (2021). Diagnostic of Loose Parts Event in Water Chamber of
Steam Generator. Hedongli Gongcheng/Nuclear Power
Engineering, 42(4), 254258.
https://doi.org/10.13832/j.jnpe.2021.04.0254
Jaruchainiwat, P. (2024). Promoting young children’s creative
thinking, social skills, and attention using guided play and loose
parts. Kasetsart Journal of Social Sciences, 45(1), 121128.
https://doi.org/10.34044/j.kjss.2024.45.1.13
Jian, J. (2020). Case Analysis of Loose Parts Alarm in Nuclear Power
Plants. Hedongli Gongcheng/Nuclear Power Engineering,
41(2), 198202.
https://doi.org/10.13832/j.jnpe.2020.02.0198
Kusumaningsih, D., Wibawa, S. A., & Lestari, J. T. (2024). Mengapa
guru bahasa Inggris mengajar bahasa Indonesia? Pendapat
siswa EFL tentang bahasa Indonesia di kelas bahasa Inggris.
Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 3.
McCormack, G. R. (2023). Loose parts and risky play: playworker
perspectives on facilitating a community-based intervention in
local parks during the COVID-19 pandemic. Journal of
Adventure Education and Outdoor Learning.
https://doi.org/10.1080/14729679.2023.2254863
Meng, J. (2020). Researches on Loose Parts Detection Method with
Low Signal Noise Ratio. Zhendong Ceshi Yu Zhenduan/Journal
of Vibration, Measurement and Diagnosis, 40(2), 222229.
https://doi.org/10.16450/j.cnki.issn.1004-6801.2020.02.002
Mozaffar, R. (2020). Manufactured play equipment or loose parts?
Examining the relationship between play materials and young
children’s creative play. Place, Pedagogy and Play:
Participation, Design and Research with Children, 1130.
Mukarima, U. S., Wawan, W., Setiawan, A., Ningsih, E. F., & Choirudin,
C. (2024). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
dengan Media Pembelajaran Magic Board untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis. Jurnal Penelitian
Tindakan Kelas, 3, 152155.
Naish, C. (2023a). An exploration of parent perceptions of a take-
home loose parts play kit intervention during the COVID-19
pandemic. PLoS ONE, 18(10).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0292720
Naish, C. (2023b). An Observational Study on Play and Physical
Activity Associated with a Recreational Facility-Led Park-Based
“Loose Parts” Play Intervention during the COVID-19
Pandemic. Children, 10(6).
https://doi.org/10.3390/children10061049
Nicholson, S. (2023). The theory of loose parts. Alternative Learning
Environments, 222228.
https://doi.org/10.4324/9781032659718-23
Pereira, J. V. (2023). Playing at the Schoolyard: “The Who’s, the
What’s and the How Long’s” of Loose Parts. Children, 10(2).
https://doi.org/10.3390/children10020240
Pratama, G. C., Waluyo, E., & Setiawan, D. (2023). Upaya Peningkatan
Hasil Belajar Matematika Menggunakan Media Musik Pada
Materi Mengahafal Rumus Bangun Datar Sekolah Dasar. Jurnal
Penelitian Tindakan Kelas, 1, 2327.
Rahmawati, I., Anwar, M. S., Saputra, A. A., & Fauza, M. R. (2023).
Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Proses
Pembelajaran Matematika Kelas X MA Maâ€
TM
arif Roudlotut
Tholibin Kota Metro. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 2, 91
105.
Safitri, E., Setiawan, A., & Darmayanti, R. (2023). Eksperimentasi
Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan
Kahoot Terhadap Kepercayaan Diri Dan Prestasi Belajar. Jurnal
Penelitian Tindakan Kelas, 1(2), 5761.
Safitri, E., Setiawan, A., Darmayanti, R., & Wardana, M. R. F. (2023).
Pinokio dalam Pembelajaran Matematika Materi Geometri
untuk Siswa SMP. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 1(2), 106
113.
Setiawan, D., & Waluyo, E. (2023). Tarian Kreasi Tradisional Dolanan
Meningkatkan Kemampuan Seni Anak SD Negeri 1 Bendoharjo.
Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 1, 3438.
Sheng, L. (2022). Mass estimation method of loose parts based on
function model. Journal of Physics: Conference Series, 2184(1).
https://doi.org/10.1088/1742-6596/2184/1/012005
Simoncini, K. (2021). Pop-up loose parts playgrounds: learning
opportunities for early childhood preservice teachers.
International Journal of Play, 10(1), 93108.
https://doi.org/10.1080/21594937.2021.1878775
Sudarti. (2023). Implementation of numeration literacy through loose
part in TK Islam orbit 2 Surakarta. AIP Conference Proceedings,
2727. https://doi.org/10.1063/5.0151674
Syaifuddin, M., Darmayanti, R., & Rizki, N. (2022). Development of a
two-tier multiple-choice (TTMC) diagnostic test for geometry
materials to identify misconceptions of middle school
students. Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika Dan
Pembelajarannya, 7(2).
Triono, T., Darmayanti, R., Saputra, N. D., Afifah, A., & Makwana, G.
(2023). Open Journal System: Assistance and training in
submitting scientific journals to be well-indexed in Google
Scholar. Jurnal Inovasi Dan Pengembangan Hasil Pengabdian
Masyarakat, 2, 106114.
van Rooijen, M. (2023). It Is Scary, but Then I Just Do It Anyway”:
Children’s Experiences and Concerns about Risk and Challenge
during Loose Parts Play. International Journal of Environmental
Research and Public Health, 20(22).
https://doi.org/10.3390/ijerph20227032
Voronov, A. V. (2022). Experience of using loose parts monitoring
systems at Novovoronezh NPP. Nuclear Energy and
Technology, 8(3), 203209.
https://doi.org/10.3897/nucet.8.94106
Wahyuni, S. (2023). ‘Treasure hunt’: Using loose parts media to
develop social financial education model for early children.
Heliyon, 9(6). https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2023.e17188
Yuniwati, E. D. (2024). Pemanfaatan Kebun Pangan Universitas
Sebagai Sarana Pengajaran Hortikultura: Belajar dari
Pengalaman Proyek. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas, 3, 135
143.
Zhang, L. (2021). A loose parts location method based on empirical
mode decomposition and coordinate optimization. Beijing
Huagong Daxue Xuebao (Ziran Kexueban)/Journal of Beijing
University of Chemical Technology (Natural Science Edition),
48(4), 5763. https://doi.org/10.13543/j.bhxbzr.2021.04.007
Zhe, N. (2022). A Continuous Short RMS-Based Grid Time Difference
Localization Method for Reactor Loose Parts. 2022 Global
Reliability and Prognostics and Health Management
Conference, PHM-Yantai 2022. https://doi.org/10.1109/PHM-
Yantai55411.2022.9941792