Assyfa Journal of Islamic Studies Volume 02 Nomor 01: Juni 2024 E-ISSN: 2988-7399 Journal Homepage: https://www.journal.assyfa.com/index.php/ajis/index PEMBINAAN AKHLAK MULIA MELALUI KETELADANAN DAN PEMBIASAAN (STUDI KASUS DI TPA AT-THUSUSNIAH) Diah Asmawati1*, Ikhwan Aziz Q2, Adi Wijaya3 1, 2, 3 Universitas Ma’arif Lampung *Email: diamanja8@gmail.com Received: 16/02/2024 Accepted: 23/02/2024 Publication: 26/02/2024 Abstrak Akhlak mulia merupakan tingkah laku terpuji yang penting untuk diketahui dan diamalkan serta dibiasakan oleh setiap umat. Berdasarkan hal tersebut yang menjadi masalah pada penelitian ini adalah di TPA At-Thusuniah masih terdapat anak-anak yang kurang menghormati orang tua, berkata kurang sopan, dan berperilaku kurang baik kepada teman sebayanya. Dari permasalahan tersebut penulisan artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembinaan akhlak mulia melalui keteladanan dan pembiasaan di TPA At-Thusuniah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif lapangan. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber datanya menggunakan sumber data primer yang bersumber dari ustadzah TPA, santri TPA, walisantri TPA, dan sumber data sekunder yang berasal dari jurnal atau data-data yang berkaitan dengan penelitian. Keabsahan datanya menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Teknik analisis datanya menggunakan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian ini meliputi pelaksanaan pembinaan akhlak di TPA At-Thusuniah yang terimplementasi dalam kegiatan-kegiatan yang ada di TPA melalui keteladanan dan pembiasaan. 1) metode keteladanan dari ustadzah-ustadzah di TPA meliputi kedisiplinan (memakai pakaian yang sopan, duduk tertib saat mengaji, membuang sampah pada tempatnya, patuh terhadap perintah), sopan santun (mengucap salam, saling menghormati), hubungan sosial (berpamitan, berdo’a dengan mengangkat kedua tangan, saling sapa, adab memanggil teman). 2) metode pembiasaan meliputi kedisiplinan (berangkat tepat waktu, berdo’a sebelum belajar, hafalan surah pendek dan do’a harian, tertib saat belajar), sopan santun (pembiasaan mengucap terimakasih, duduk saat makan dan minum), hubungan sosial (saling memaafkan sesama teman). Urgensi dari pembinaan akhlak di TPA yaitu membentuk kepribadian santri yang bertaqwa, berakhlak mulia, dan berbudi luhur. Kata Kunci: Pembiasaan, Pembinaan Akhlak, Keteladanan, Abstract Noble morals are commendable behavior that is important for every community to know, practice and get used to. Based on this, the problem in this research is that at At-Thusuniah TPA there are still children who do not respect their parents, speak less politely, and behave less well towards their peers. Based on these problems, the aim of writing this article is to describe the development of noble morals through example and habituation at At-Thusuniah TPA. The method used in this research is qualitative field. Data collection methods use observation, interviews and documentation. The data source uses primary data sources originating from TPA ustadzah, TPA santri, TPA walisantri, and secondary data sources originating from journals or data related to research. The validity of the data uses triangulation of sources and techniques. The data analysis technique uses data reduction, data presentation, and data verification. The results of this research include the implementation of moral development at the At-Thusuniah TPA which is implemented in the activities at the TPA through example and habituation. 1) the exemplary methods of the ustadzah at TPA include discipline (wearing polite clothes, sitting in an orderly manner when reciting the Koran, throwing rubbish in the right place, obeying orders), good manners (saying greetings, respecting each other), social relations (saying goodbye, saying goodbye a by raising both hands, greeting each other, the etiquette of calling a friend). 2) habituation methods include discipline (leaving on time, praying before studying, memorizing short surahs and daily prayers, being orderly when studying), manners (getting used to saying thank you, sitting when eating and drinking), social relationships (forgiving each other fellow friends). The urgency of moral development at TPA is to form the personality of students who are devout, have noble character and are virtuous. Keywords: Exemplary, Habituation, Moral Development Diah Asmawati, et. al ││ PEMBINAAN AKHLAK MULIA... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(2)n(1), 2024, 1-10 PENDAHULUAN Pendidikan adalah cara mendidik dan membentuk akhlak guna mencegah perbuatan buruk yang dilakukan oleh manusia. Pendidikan diartikan sebagai “usaha sadar dan terencana dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan menciptakan pembelajaran dan lingkungan tempat siswa belajar bekerja keras untuk menumbuhkan kerohanian, pengendalian diri, moralitas, kecerdasan, budi pekerti, dan ketrampilan yang diinginkan bagi diri sendiri dan masyarakat”(Pristiwanti et al., 2022). Adapun Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menetapkan tujuan pendidikan Nasional bagi Indonesia, yang menyatakan pembelajaran itu harus diselenggarakan dengan bermula oleh orang sebagaimana kenyataan (aktualisasi), dengan mempertimbangkan beberapa pilihan (potensi), dan berupaya mewujudkan cita yang seharusnya (Sujana, 2019). Dalam mewujudkan manusia yang dicita-cita kan Lembaga atau sekolah menjadi peran utama dalam membina dan mendidik generasi bangsa. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (Darlis, 2017), Taman Pendidikan Al-Qur'an atau TPA misalnya sebuah program belajar anak-anak setempat. TPA/TPQ sebagai sebuah lembaga pendidikan yang mengajarkan baca tulis al-qur’an (Machali & Ainul Munawaroh, 2014). Pendidikan al-Qur‟an (TPQ) tidak hanya memiliki kemampuan membaca al-Qur‟an akan tetapi juga berakhlak mulia yang baik guna membentuk karakter anak sejak dini sehingga apa yang di dapat di TPA dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari (Hadi, 2021). Budiyanto (2008) mengemukakan TPA bertujuan menyiapkan terbentuknya generasi qurani. Generasi qurani yaitu generasi yang mencintai alquran dan menjadikan alquran sebagai pedoman hidup. Keberadaan TPA diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai agama sejak dini agar nantinya anak-anak dapat berperan penting di masyarakat (Nurjayanti et al., 2020). Secara bahasa Akhlak, (Bahasa Arab: akhlāq) berarti bentuk kejadian; dalam hal ini tentu bentuk batin seseorang. Perilaku-perilaku Rasulullah Saw. yang telah menjadi kebiasaan disebut dengan akhlāq (Indonesia: akhlak) (Mustopa, 2014). Akhlakul karimah atau akhlak mulia merupakan akhlak yang diajarkan Rosulullah SAW. kepada umatnya. Pembinaan akhlak di TPA perlu ditanamkan sejak dini karena diusia ini anak-anak mudah untuk mengikuti atau mencontoh apa yang dilakukan orang dewasa, sehingga ahlak yang baik akan tertanam dan menjadi kebiasaan anak. Dewasa ini, tidak jarang anak-anak yang membantah kepada orang tua dan bahkan berkata kasar. Hal ini terjadi kerena kurangnya pengawasan orangtua kepada anak dalam menggunakan sosial media. Oleh karena itu, dalam pembinaan akhlak yang mulia faktor internal dari orang tua sangat dibutuhkan. Dari hasil survey awal yang dilakukan pada tanggal 2 Oktober 2023 di TPA At-Thusuniah, diketahui beberapa perilaku anak-anak yang kurang baik, diantaranya: 1) masih terdapat anak-anak yang kurang menghormati orang tua, 2) berkata kurang sopan ketika berbicara, 3) berperilaku yang kurang baik kepada teman sebayanya. Dalam permasalahan ini perlunya memberikan pembinaan akhlak pada anak-anak. Mengingat usia anak yang sering meniru apa yang mereka amati dalam pelajaran, maka metode keteladanan dan pembiasaan dirasa cocok untuk diterapkan dalam pembinaan akhlak mulia di TPA At-Thusuniah. Metode keteladanan dan pembiasaan ini sebagai asumsi awal peneliti untuk melakukan penelitian. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian ahlak mulia pada anak-anak, yaitu mengenai “Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan Pembiasaan di TPA At-Thusuniah”. Dengan identifikasi masalah yaitu: terdapat anak-anak yang kurang menghormati orangtua, terdapat anak-anak yang berkata kurang sopan ketika berbicara, terdapat anak-anak yang berperilaku kurang baik kepada teman sebayanya, dan fokus masalah “Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan Pembiasaan di TPA At-Thusuniah”. Adapun rumusan masalah penelitian ini yaitu “bagaimana Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan Pembiasaan di TPA At-Thusuniah?”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan Pembiasaan di TPA At-Thusuniah. Novelty pada penelitian ini adalah penilitian terdahulu yang mengakat topik ini lebih banyak di terapkan di sekolah (Nurlaila, 2019; Yayat et al., 2018), sedangkan penelitian ini yaitu pembinaan akhlak mulia melalui keteladaan dan pembiasaan yang di terapkan di TPA. Penerapan metode ini menunjukkan perubahan sikap yang positif pada akhlak anak setelah diterapkannya pembiasaan dan bentuk teladan yang ajarkan oleh ustadzah pada kegiatan-kegiatan yang ada di TPA At-Thusuniah This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 2 Diah Asmawati, et. al ││ PEMBINAAN AKHLAK MULIA... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(2)n(1), 2024, 1-10 Pembinaan Akhlak Pembinaan berasal dari “Banna” (Bahasa Arab untuk “membangun, memupuk, membina”) adalah akar kata “pembangunan”. Pembinaan adalah tindakan dari program yang dijalankan dan dilaksanakan dengan baik, sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan demikian arti pembinaan diartikan sebagai apapun proses, kreasi(pembuatan), sarana mengkontruksi, memperbaharui atau menyempurnakan diri. Dari pengertian ini, pembinaan pada hakikatnya adalah sebuah program yang mana dilakukan dengan maksud untuk menghasilkan perbaikan dan perubahan secara positif (Sudarsana, 2014). Pendidikan akhlak menurut Sa’id Hawwa yaitu membentuk kepribadian anak secara Islami agar memiliki dasar akhlak yang kokoh serta ilmu pengetahuan yang Islami (Awaliyah & Nurzaman, 2018). Sedangkan akhlak sendiri menurut istilah adalah sifat yang tertanam didalam diri seorang manusia ysng bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan. Menurut Ibnu Miskawaih,Al-Ghazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu (Purintyas, 2020). Ulil Amri Syafri mengutip pendapat Nashiruddin Abdullah, yang menyatakan bahwa, secara garis besar dikenal dua jenis akhlak; yaitu akhlaq al karimah (akhlak terpuji), akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam, dan akhlaq al mazmumah (akhlak tercela), akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut syariat Islam. Akhlak yang baik dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik pula, demikian sebaliknya akhlak yang buruk terlahir dari sifat yang buruk. Sedangkan yang dimaksud dengan akhlaq al mazmumah adalah perbuatan atau perkataan yang mungkar, serta sikap dan perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat Allah, baik itu perintah maupun larangan-Nya, dan tidak sesuai dengan akal dan fitrah yang sehat (Alfarizi, 2020). Melakukan ahlak yang mulia dapat menciptakan nilai-nilai positif untuk kemaslahatan umat dan dirinya sendiri. Akhlak mulia dapat diawali dengan berperilaku baik kepada orang lain, seperti melakukan kebaikan kepada orang lain dan tidak menyakitinya. Contoh akhlak mulia yakni jujur, Amanah, sifat penyabar. Keutamaan ahlak yang mulia, Rosulullah nyatakan dalam hadits yang bermakna: “Sesungguhnya orang yang paling baik keislamannya adalah yang paling baik akhlaknya.”(HR. Ahmad). Kemudian Akhlak tercela yaitu segala sesuatu yang bertentangan dengan ahlak terpuji. Akhlak ini didasari dengan hawa nafsu seseorang yang tidak dapat terkontrol sehingga dapat merusak keimanan seseorang dan dapat mengganggu kemaslahatan umat. Akhlak tercela adalah sikap atau tingkah laku buruk terhadap orang lain, akhlak ini harus dihindari dan tidak digunakan sehari-hari. Contoh akhlak tercela yakni berbohong, pamer, angkuh, pemalas. Pembinaan akhlak merupakan suatu Tindakan yang dilakukan seseorang dalam rangka mendidik agar mempunyai akhlak yang mulia, dan memiliki kebiasaan berakhlakul karimah. Pembinaan akhlak dapat membendung tindak kriminalitas pada masyarakat dan menambah cara pandang seseorang karna semakin banyak yang paham tentang akhlak yang baik dan tahu akan konsekuensinya maka akan muncul kesadaran diri untuk menjauhi ahlak tercela. Adapun indikator akhlak mulia yang ingin dicapai dari pembinaan akhlak adalah kedisiplinan, sopan santun, dan hubungan sosial (Ayu & Junaidah, 2019). Metode adalah suatu proses yang harus diikuti untuk menyelesaikan suatu tugas akademik. Ada beberapa metode yang bisa diterapkan dalam pembinaan akhlak yaitu metode keteladanan dan pembiasaan. Metode keteladanan adalah strategi pengajaran Islam yang sukses yang digunakan instruktur kepada siswanya. Karena keteladanan pengetahuan akan berdampak kepribadian, perilaku dan karakter setiap individu. Kedudukan pendidik akan dijadikan contoh yang baik bagi peserta didiknya dalam berbagai perkataan dan tindakan. Teladan yang baik itulah yang menentukan baik atau buruknya karakter seorang anak. Jika pendidik jujur dan bermoral, maka peserta didik akan tumbuh jujur dan bermoral. Penerapan sistem model ini dalam pendidikan Islam, orang tua dan lingkungan sekitar mendorong perilaku keteladanan, selain guru yang bekerjasama (Mustofa, 2019). Adapun cara yang digunakan dalam metode keteladanan yakni guru memberikan teladan secara langsung kepada anak-anak, sehingga anak-anak bisa otomatis meniru pengamatannya, apabila hal ini dilakukan secara rutin akan membantu anak memperoleh akhlak yang mulia. Sedangkan Secara This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 3 Diah Asmawati, et. al ││ PEMBINAAN AKHLAK MULIA... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(2)n(1), 2024, 1-10 etimologis asal kata pembiasaan adalah biasa. Mengenai metode pengajarannya, dikatakan bahwa pembiasaan adalah sarana untuk mencapai tujuan membuat peserta didik lebih sadar bagaimana berpikir, berperilaku dan bertindak sesuai pedoman (Abidin, 2019). Adapun cara pembiasaan yaitu tidak mengatakan perkataan yang kasar dihadapan anak sehingga anak dapat berkata sopan dan menghormati orangtua ataupun pendidik, menanamkan hal baik dalam bergaul, agar anak dapat menghargai teman sebayanya. Metode keteladanan dan pembiasaan sangat penting guna capai tujuan pendidikan Islam, karena dengan memperhatikan usia anak, mudah bagi mereka untuk meneladani teladan yang baik, dan menanamkan sifat-sifat yang baik pada anak-anak sejak usia dini perlu dibiasakan agar menjadi suatu adat atau kebiasaan sehingga ia dapat melakukan hal baik tanpa terpaksa dan tanpa diminta. Peran TPA cukup penting dalam pembinaan akhlak mulia setelah pendidikan formal. Pada dasarnya usia anak-anak yang ada di TPA yakni usia 5-13 tahun. Adapun peranan TPA sebagaimana (Fikri, 2013) dapat meningkatkan perilaku anak dalam belajar mengaji. Pendidikan generasi yang memahami agama sebagai tujuan utama dibuatnya TPA yang diharap hal ini dapat memberikan dampak positif di masa depan. Selain itu, tujuan lainnya adalah pemberantasan buta huruf terhadap Al-Qur’an di kalangan masyarakat yang dimulai sejak dini. Oleh karena itu, mendekatkan Al-Quran kepada anak-anak dan menjadikannya sebagai pedoman yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari (Saptrians & Kadir, 2022). Kemudian peranan TPA At-Thusuniah pada masyarakat yaitu mengajarkan baca tulis al-qur’an, mengembangkan ilmu baca al-qur’an, membentuk akhlak yang mulia pada anak (Lilis Suryani, 2024c). METODE Jenis penelitian ini adalah kualitatif lapangan (field research) yaitu yang bertujuan untuk menjelaskan terjadinya fenomena dilapangan mengenai pembinaan akhlak mulia melalui keteladanan dan pembiasaan di TPA At-Thusuniah. Adapun penelitian ini bersifat deskriptif. Wiratna Sujarweni menjelaskan pendekatan kualitatif ini sebenarnya adalah metode studi yang menghasilkan informasi deskriptif dalam bentuk perilaku yang diamati dan kata-kata yang ditulis atau diucapkan orang. Dengan demikian, informasi yang dikumpulkan berbentuk kata, kalimat, atau gambar (bukan angka) (Sujarweni, 2014). Setelah peneliti menganalisis fenomena yang ada dilapangan, peneliti kemudian menggali informasi mendalam melalui interview atau wawancara, dan diperkuat dengan dokumetasi. Penelitian dilakukan di TPA At-Thusuniah Desa Notoharjo Dusun IV pada Oktober 2023 sampai Januari 2024. Subjek penelitian yaitu Ustadzah, santri, dan walisantri. Teknik pengambilan subjek penelitian menggunakan purposive sampling yaitu peneliti menentukan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini peneliti memilih sabjek dengan kriteria: santri TPA At-Thusuniah. Sumber data penelitian adalah subjek darimana diperoleh. Ada beberapa sumber yang peneliti masukkan dalam penelitian ini, yaitu sumber data primer (Ustadzah, santri, dan walisantri), sumberdata sekunder (dokumen, arsip), teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, dan dokumentasi). Intrumen pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Objek penelitian adalah proses pembinaan akhlak yang dilakukan, mengamati sikap anak, kegiatan pembinaan akhlak yang dilakukan oleh ustadzah. Keabsahan data pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Teknik analisis data yaitu menggunakan reduksi data, penyaajian data, dan verifikasi data. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pembinaan Akhlak Mulia 1. Keteladanan Penerapan metode teladan yang dilakukan ustadzah dalam membentuk akhlak para santri berbentuk peneladanan secara langsung, dimana ustadzah menjadi contoh bagi santri dalam berperilaku. Sebaimana yang dipaparkan oleh ustadzah Lilis “penerapan metode ini dengan memberikan contoh kepada santri, seperti ketika bertemu teman saling menyapa, mengucapkan salam, berpamitan kepada orangtua dengan mencium tangannya, membungkukkan badan ketika mau lewat didepan orangtua, This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 4 Diah Asmawati, et. al ││ PEMBINAAN AKHLAK MULIA... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(2)n(1), 2024, 1-10 berdoa dengan khusu’ dengan mengangkat kedua tangan. Sehingga dengan memperhatikan saya sebagai figure teladan anak-anak dapat menirunya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari” (Lilis Suryani, 2024a). Adapun pernyataan dari ustadzah Chandra yaitu ketika memanggil anakk-anak dengan sebutan mbak atau mas, sehingga anak-anak yang masih kecil dapat menirunya sebagai bentuk menghormati dan saling menyayangi (Chandra, 2024a). Berdasarkan wawancara diatas dan obsevasi peneliti, Adapun keberhasilan pembinaan akhlak mulia melalui keteladanan di TPA At-Thusuniah sebagai berikut: a. Kedisplinan Hasibuan (2002) mengatakan bahwa disiplin adalah sikap menghormati dan menghargai baik hukum tertulis maupun tidak tertulis, yang dapat ditegakkan dan tidak menolak untuk menerima sanksi atas pelanggaran kewajiban dan wewenang yang diberikan. Harapan setiap pendidik ialah siswa-siswinya memiliki kedisiplinan yang baik, hal ini dapat menunjang proses pembelajaran dengan baik (Sari & Alawiyah, 2023). Dari pengertian diatas kedisiplinan dapat dipahamai sebagai sikap yang taat pada peraturan. Atauran yang dimaksud tentu aturan yang di terapkan di TPA. Ustadzah sebagai pendidik tentu menajadi teladan untuk santrinya. Berikut kedisiplinan yang dilakukan di TPA: 1) Berangkat tepat waktu Berdasarkan observasi para santri berangkat tepat waktu, dan bahkan menurut pernyataan seorang santri, ia berangkat lebih awal yaitu sebelum jam 16.00 WIB. Datang tepat waktu ialah bagian yang diharapkan ustadzah untuk menciptakan proses pembelajaran yang baik. 2) Memakai pakaian yang rapi, sopan, dan menutup aurat Teladan yang di contohkan oleh ustadzah yaitu mengenakan pakaian yang sopan dan rapi, serta wajib menutup aurat. Pakaian dan akhlak memiliki hubungan yang erat diantara keduanya. Pakaian merupakan sarana efektif untuk mengondisikan seseorang untuk berada dalam suatu perilaku baik atau buruk. Pakaian yang baik akan mengondisikan orang untuk berlaku baik. Berdasarkan pengamatan peneliti keteladanan menggunakan pakaian yang rapi sudah diterapkan, seperti santri putri menggunakan hijab dan menutup aurat sedangkan santri putra menggunakan sarung ataupun celana panjang serta mengenakan peci. 3) Teladan duduk yang baik saat belajar Keteladanan ustadzah yang diajarkan kepada santrinya yaitu duduk dengan tertib saat mengaji, dalam artian santri memperhatikan ustadzah saat kegiatan belajar mengaji. 4) Membuang sampah pada tempatnya Teladan selanjutnya ialah membuang sampah pada tempatnya. Ustadzah menyediakan tempat sampah agar santri terbiasa untuk membuang sampah pada tempatnya, agar tercipta lingkungan yang bersih dan pembelajaran dapat berlangsung dengan nyaman. 5) Patuh terhadap perintah Kepatuhan merupakan perilaku yang sesuai dengan aturan. Dapat dilihat ketika santri dimintai tolong oleh ustadzahnya kemudian santri melaksanakannya. Ucapan terimakasih merupakan teladan yang diajarkan supaya anak memiliki sikap saling menghargai kepada oranglain. b. Sopan Santun Sopan santun merupakan nilai- nilai kebaikan yang menjadi pedoman anggota masyarakat dalam berperilaku yang baik untuk menciptakan kehidupan bersama yang harmonis, tenteram, dan sejahtera. Dalam penggunaannya, sopan santun sering dipadankan dengan budi pekerti, moral, akhlak, dan adab. Menurut Edi Sedyawati dan kawan-kawan (1999: 5), budi pekerti sering diartikan sebagai moralitas yang mengandung pengertian antara lain adat istiadat, sopan santun, dan perilaku (Baryadi, 2014). Adapun teladan sikap sopan santun yang dilakukan di TPA sebagai berikut: 1) Mengucap Salam Keteladanan yang diajarkan di TPA yaitu memberi salam. Teladan mengucapkan salam dilakukan oleh ustadzah kepada santrinya ataupun santri kepada ustadzahnya saat pembelajaran siap This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 5 Diah Asmawati, et. al ││ PEMBINAAN AKHLAK MULIA... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(2)n(1), 2024, 1-10 dimulai, hal ini agar santri dapat menerapkannya juga kepada orangtua mereka dalam kehidupan sehari-hari. 2) Saling menghormati Sikap saling menghormati yang ustadzah berikan kepada santri yaitu membungkukkan badan dengan mengucap permisi atau maaf. Sehingga anak-anak dapat mencontoh hal serupa seperti yang dilakukan oleh ustadzahanya. c. Hubungan Sosial 1) Berpamitan Sikap teladan yang diajarkan di TPA yaitu berpamitan kepada ustadzah dengan mencium tangannya sambil mengucapkan salam, hal ini dilakukan rutin setelah kegiatan pembelajaran selesai. Ustadzah juga meminta santri untuk menerapkannya dirumah kepada orang tua ketika hendak berangkat ke TPA. Berdasarkan wawancara dengan walisantri, setelah anaknya mengikuti pembelajaran di TPA “ketika akan berangkat mengaji anak selalu berpamitan dan bersalaman, seperti yang diajarkan ustadzahnya (Yuli, 2024b). 2) Berdoa dengan mengangkat kedua tangan Dalam berdo’a hendaknya dengan khusu’ dan menggunakan adab yang baik. ustadzah memberi teladan kepada santrinya untuk berdoa dengan mengangkat kedua tangan. Hal ini diterapkan agar santri khusu’ dalam bero’a, sehingga tidak mengganggu santri yang lain. 3) Saling Sapa Menyapa merupakan suatu interaksi sosial kepada orang lain guna menciptakan suasana yang harmonis dan dapat mempererat tali persaudaraan. Teladan saling sapa ini diajarkan agar anak memiliki jiwa sosial, ramah, dan berteman dengan baik. Hal ini terlihat ketika peneliti melakukan penelitian, para santri menyambut dengan ramah. 4) Adab ketika memanggil teman Seperti teladan yang diberikan ustadzah Chandra, yakni memanggil santri dengan awalan mas/mbak, hal ini dimaksudkan untuk mengajarkan santri yang lebih kecil agar memanggil teman yang lebih tua dengan sebutan mbak/mas sehingga tercipta sikap saling menghormati dan menyayangi satu dengan yang lainnya. Dari sikap keteladanan yang diajarkan oleh ustadzah di TPA seperti yang tersebut diatas, santri diharapkan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari baik atas keinginan sendiri ataupun dorongan dari orangtua. Gambar kiri, keteladanan ustadzah kepada para santri dalam berdo’a dengan khusu’ mengangkat kedua tangan. Gambar kanan, keteladanan ustadzah dalam bersalaman atau berpamitan kepada para santri. This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 6 Diah Asmawati, et. al ││ PEMBINAAN AKHLAK MULIA... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(2)n(1), 2024, 1-10 2. Pembiasaan Pembiasaan berasal dari kata dasar biasa yang mendapatkan imbuhan Pe- dan akhiran –an. Biasa merupakan hal yang lazim atau acap kali dilakukan. Teori pembiasaan merupakan serangkaian proses pendidikan yang berlangsung dengan cara membiasakan anak didik untuk bersikap, berbicara, bertindak, berfikir dan melakukan aktifitas yang telah ditentukan sesuai dengan kebiasaan yang baik. Menurut ahli pendidikan Edward Lee Thoorndike dan Ivan Pavlov, pembiasaan sebagaimana halnya keteladanan adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam pendidikan karena secara psikologis alasan yang mendasari pentingnya pembiasaan adalah bahwa pengetahuan, pendidikan dan tingkah laku yang dilakukan oleh manusia pada umumnya diperoleh menurut kebiasaannya. Pembiasaan dalam hal positif yang ditanamkan terhadap anak secara kontinyu atau menerus menerus akan mampu menumbuhkan watak dan karakter yang baik (Syah, 2019). Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah Chandra bahwa “penerapan metode pembiasaan merupakan salah satu cara yang digunakan dalam memberikan pembelajaran tentang nilai-nilai kebaikan kepada anak melalui cara pengulangan dan penekanan agar menjadi suatu kebiasaan untuk anak. Pembiasaan yang diajarkan kepada anak-anak di TPA At-Thusuniah tentang bacaan shalat, secara beurutan mulai dari niat, sampai salam. Pembiasaan yang lainnya seperti menghafal surah pendek dan doa-doa harian. Hal ini dilakukan demi menjadikan anak-anak terbiasa agar dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (Chandra, 2024b). Sedangkan menurut ustadzah lilis, bentuk pembiasaan yang diterapkan adalah dalam proses pembelajaran santri dibiasakan untuk memperhatikan ustadzah, khusu’ dalam berdoa, membungkukkan badan ketika berjalan didepan orangtua, dan berbicara yang sopan (Lilis Suryani, 2024b). Pembiasaan-pembiasaan tersebut tidak hanya dilakukan di TPA saja, namun ustadzah juga memerintahkan santri untuk menerapkannya dirumah juga. Hal ini dinyatakan oleh wali santri yang mengatakan bahwa anaknya juga mengaji saat dirumah, walaupun harus di ingatkan oleh orangtuanya (Feri, 2024). Kemudian ibu Yuli seorang wali santri juga menyatakan bahwa “anak saya sudah melaksanakan shalat lima waktu, walaupun ketika shalat subuh harus diperintah terlebih dahulu” (Yuli, 2024a). Menurut pernyataan santri yang bernama Na’im yang menyatakan “saya dirumah melaksanakan shalat, namun kadang juga lupa jika tidak di ingatkan oleh ibu” (Na’im, 2024). Berdasarkan wawancara diatas dan obsevasi peneliti, Adapun keberhasilan pembinaan akhlak mulia melalui pembiasaan di TPA At-Thusuniah sebagai berikut: a. Kedisiplinan Pembiasaan yang diterapkan di TPA yaitu sebagai berikut: 1) Pembiasaan berdo’a sebelum belajar Melakukan pembiasaan doa sebelum memulai kegiatan belajar ialah kegiatan yang wajib dilaksanakan. Pada proses penerapannya santri duduk dengan rapi, kemudian salah satu dari santri menyiapkan untuk berdoa, tak lupa santri juga mengucapkan salam kepada ustadzahnya. 2) Pembiasaan hafalan surah pendek dan doa harian Pembiasaan selanjutnya yaitu kegiatan menghafal surah-surah pendek. Pada kegiatan prosesnya santri menghadap ustadzahnya untuk setoran surah secara bergantian. Dalam kegiatan hafalan surah pendek di khususkan untuk santri yang sudah al-qur’an. Sedangkan yang masih iqra’ menghafal doa harian. 3) Pembiasaan mengikuti kegiatan Selain belajar membaca al-qur’an di TPA juga diajarkan kegiatan keagamaan lain seperti belajar fikih pada materi shalat yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Pada proses pembelajarannya dilakukan dengan praktik langsung dengan didampingi oleh ustadzah. Pembiasaan praktik shalat akan membuat anak-anak terbiasa melakukan gerakan shalat sehingga mereka tidak hanya hafal bacaan tetapi juga tertib dalam melakukan gerakan-gerakan shalat. Disamping pembiasaan praktik shalat di TPA ustadzah juga menghimbau kepada anak-anak supaya melaksanakan shalat 5 waktu ketika dirumah, hal ini juga membutuhkan kerjasama dengan orangtua untuk membimbing dan memberi teladan untuk anaknya pada saat dirumah. This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 7 Diah Asmawati, et. al ││ PEMBINAAN AKHLAK MULIA... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(2)n(1), 2024, 1-10 4) Tertib saat belajar Tertib ketika mengaji yakni santri mengaji sesuai urutan buku agenda yang mereka kumpulkan sebelum mengaji. Menurut ustadzah mengaji sesuai urutan buku agenda lebih efektif karena anak tidak saling rebutan ketika mengaji. b. Sopan Santun 1) Pembiasaan mengucapkan terimakasih, ketika memperoleh sesuatu dari orang lain. 2) Pembiasaan duduk ketika makan atau minum c. Hubungan Sosial 1) Pembiasaan saling memaafkan 2) Pembiasaan infak setiap hari jum’at Salah satu pembiasaan yang di terapkan di TPA At-Thusuniah adalah infak pada setiap hari jum’at. Pemberian infak minimal seribu rupiah. Setiap jumatnya infak terkumpul paling sedikit Rp. 30.000. Dari hasil infak tersebut dapat dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan lomba di TPA ataupun memenuhi sarana yang dibutuhkan, seperti membeli buku kendali, dan lain-lain. Gambar kiri, pembiasaan pada kegiatan mengaji. Gambar kanan, pembiasaan pada kegiatan praktik shalat. Metode pembiasaan sangat efektif diterapkan terhadap anak usia dini. Hal ini dikarenakan anak usia dini memiliki rekaman ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang sehingga mereka mudah diatur. Dengan berbagai kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari, Itulah sebabnya pembiasaan tersebut ditanamkan nilai-nilai moral yang sesuai dengan ajaran agama dan moral (Rusiadi, 2023). Penerapan metode pembiasaan pada pembinaan akhlak bertujuan untuk melatih kedisiplinan dan berbuat baik tanpa terpaksa sehingga dapat menjadi santri yang sholih sholihah berakhlak yang mulia. Menurut penulis usaha yang dilakukan ustadzah dalam membina akhlak pada santri di TPA AtThusuniah sudah baik, dapat dilihat dari santri yang sebelumnya berperilaku buruk kepada temannya setelah adanya metode keteladanan dan pembiasaan santri tidak sering menyakiti temannya, kemudian pembiasaan membaca qur’an yakni santri sudah bisa membaca al-qur’an, santri berangkat tepat waktu, saling menyapa, dan dapat berinteraksi dengan baik kepada orang lain. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang pembinaan akhlak mulia melalui keteladanan dan pembiasaan di TPA At-Thusuniah, dapat disimpulkan sebagai berikut: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan pembinaan akhlak mulia melalui keteladanan dan pembiasaan di TPA At-Thusuniah. Penerapan keteladanan dan pembiasaan dilakukan pada saat pembelajaran di TPA. Penerapan pembinaan akhlak mulia melalui keteladanan ustadzah di TPA At-Thusuniah yaitu 1) kedisiplinan yaitu berupa: berangkat tepat waktu, memakai pakaian yang rapi, sopan, dan menutup aurat, duduk yang rapi ketika belajar, membuang sampah pada tempatnya, mematuhi terhadap perintah, 2) sopan santun yaitu berupa: mengucap salam, saling menghormati, 3) hubungan sosial yaitu berupa: berpamitan, berdoa dengan mengangkat kedua tangan, saling sapa, adap ketika memanggil teman. This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 8 Diah Asmawati, et. al ││ PEMBINAAN AKHLAK MULIA... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(2)n(1), 2024, 1-10 Bentuk-bentuk metode pembiasaan di TPA At-Thusuniah yaitu 1) kedisiplinan yaitu berupa: pembiasaan mengikuti kegiatan praktik di TPA, pembiasaan berdoa sebelum belajar, pembiasaan hafalan surah pendek dan doa harian, tertib saat belajar, 2) sopan santun yaitu berupa: pembiasaan berterimakasih, pembiasaan duduk ketika makan atau minum, 3) hubungan sosial yaitu berupa: pembiasaan saling memaafkan, pembiasaan infak setiap hari jum’at. Dari hasil penelitian diatas, penggunaan metode keteladanan dan pembiasaan dalam membina akhlak pada santri TPA yang dilakukan ustadzah dalam membina akhlak pada santri sudah baik, dapat dilihat dari santri yang sebelumnya berperilaku buruk kepada temannya setelah adanya metode keteladanan dan pembiasaan santri tidak sering menyakiti temannya, kemudian pembiasaan membaca qur’an yakni santri sudah bisa membaca al-qur’an, melaksanakan shalat, santri berangkat tepat waktu, saling menyapa, dan dapat berinteraksi dengan baik kepada orang lain. Adapun implikasi secara praktis pada penelitian ini dapat membantu mengembangkan pemahaman tentang pembinaan akhlak mulia bagi pihak yang terkait, memberikan panduan, serta rekomendasi dalam mengembangkan strategi ataupun metode pada pembinaan akhlak mulia. Sedangkan implikasi secara teoritis yaitu hasil penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pembinaan akhlak ataupun menjadi acuan untuk melanjutkan penelitian dengan metode-metode lainnya. UCAPAN TERIMAKASIH Setelah terselesainya penelitian ini, peneliti mengucapkan banyak terimaksih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis. Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada: Bapak Dr. Mispani, M.Pd.I, selaku Rektor Universitas Ma’arif Lampung, Bapak Agus Setiawan M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Ma’arif Lampung, LP3M Universitas Ma’arif Lampung, Bapak Ikhwan Aziz Q, M.Pd.I, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Ma’arif Lampung sekaligus Pembimbing, dan Bapak Adi Wijaya, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan motivasi dan arahan. DAFTAR PUSTAKA Abidin, A. M. (2019). Penerapan Pendidikan Karakter Pada Kegiatan Ekstrakurikuler Melalui Metode Pembiasaan. Didaktika: Jurnal Kependidikan, 12(2). Alfarizi, A. (2020). Akhlak Tercela. Skripsi UIN Sultan Maulana Hasanudin. Awaliyah, T., & Nurzaman, N. (2018). Konsep pendidikan akhlak menurut Sa’id Hawwa. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[SL], 6(1). Ayu, S. M., & Junaidah, J. (2019). Pengembangan Akhlak pada Pendidikan Anak Usia Dini. Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam, 8(2) Baryadi, I. P. (2014). Perilaku berbahasa yang tidak sopan dan dampaknya bagi pendidikan karakter. Chandra. (2024a). Wawancara Keteladanan yang di terapkan di TPA At-Thusuniah. Chandra. (2024b). Wawancara Pembiasaan yang di Terapkan di TPA At-Thusuniah. Darlis, A. (2017). Hakikat Pendidikan Islam: Telaah Terhadap Hubungan Pendidikan Informal, Non Formal dan Formal. Jurnal Tarbiyah, 24(1). Feri. (2024). wawancara walisantri tentang penerapan pembiasaan. Hadi, M. I. (2021). Strategi Pembinaan Akhlak pada Taman Pendidikan Al-Qur’an Anwarul Masaliq Keruak. YASIN, 1(1). Indah. (2024). wawancara sejarah dan tujuan TPA AT-THUSUNIAH. Lilis Suryani. (2024a). Wawancara Keteladanan Yang Di Terapkan Di Tpa At-Thusuniah. Lilis Suryani. (2024b). Wawancara Pembiasaan yang di Terapkan di TPA At-Thusuniah. Lilis Suryani. (2024c). wawancara peranan TPA At-Thusuniah. Machali, I., & Ainul Munawaroh, F. (2014). Manajemen Pengembangan Sumber Daya Pendidik di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Al-Hidayah Purwogondo Kalinyamatan Jepara. Jurnal An Nur, 6(2). Mustofa, A. (2019). Metode Keteladanan Perspektif Pendidikan Islam. CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman, 5(1). Mustopa, M. (2014). Akhlak mulia dalam pandangan masyarakat. Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam, 8(2). This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 9 Diah Asmawati, et. al ││ PEMBINAAN AKHLAK MULIA... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(2)n(1), 2024, 1-10 Na’im. (2024). wawancara dengan santri tentang pembiasaan shalat. Nurjayanti, D., Pudyaningtyas, A. R., & Dewi, N. K. (2020). Penerapan Program Taman Pendidikan Alquran (Tpa) Untuk Anak Usia Dini. Kumara Cendekia, 8(2). Nurlaila, N. (2019). Pembinaan Akhlak Mulia melalui Keteladanan dan Pembiasaan. Iqra: Jurnal Ilmu Kependidikan Dan Keislaman, 14(2). Pristiwanti, D., Badariah, B., Hidayat, S., & Dewi, R. S. (2022). Pengertian Pendidikan. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(6). Purintyas, I. S. (2020). 28 Akhlak Mulia. Elex Media Komputindo. Rusiadi, R. (2023). Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menanamkan Kedisiplinan Anak Usia Dini Umur 5-6 Tahun. Jurnal Pendidikan Dan Keguruan, 1(9). Saptrians, R., & Kadir, M. (2022). Peran TPQ dalam Pembentukan Akhlakul Karimah pada Anak Usia 7-9 Tahun. EDUCANDUM, 8(1). Sari, D. S., & Alawiyah, N. (2023). Peran Orang Tua Dalam Membentuk Kedisiplinan Anak Usia 5-6 Tahun. JM2PI: Jurnal Mediakarya Mahasiswa Pendidikan Islam, 3(2). Sudarsana, U. (2014). Pembinaan minat baca. Universitas Terbuka, 1(028.9), 1–49. Sujana, I. W. C. (2019). Fungsi dan tujuan pendidikan Indonesia. Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar, 4(1). Sujarweni, V. W. (2014). Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Perss. Syah, I. J. (2019). Metode pembiasaan sebagai upaya dalam penanaman kedisiplinan anak terhadap pelaksanaan ibadah (tela’ah hadits nabi tentang perintah mengajarkan anak dalam menjalankan sholat). JCE (Journal of Childhood Education), 2(2). Yayat, Y., Yasyakur, M., & Wartono, W. (2018). Imlementasi Metode Keteladanan Guru Dalam Meningkatkan Akhlak Al-Karimah Siswa Di Smp Islam Al-I’tishom Kelas 7 Tahun Ajaran 2017/2018. Prosa PAI: Prosiding Al Hidayah Pendidikan Agama Islam, 1(1B). Yuli. (2024a). wawancara dengan wali santri tentang penerapan pembinaan akhlak. Yuli. (2024b). wawancara walisantri tentang penerapan keteladanan. This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 10