Assyfa Journal of Islamic Studies E-ISSN: 2988-7399 Journal Homepage: https://www.journal.assyfa.com/index.php/ajis/index SINERGITAS PENGURUS DAN MASYARAKAT DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SANTRI Hasan Basri1*, Subandi2, Jaenullah3 1, 2, 3 Universitas Ma’arif Lampung *Email: hasanbasri23@gmail.com Received: 16/06/2023 Accepted: 05/07/2023 Publication: 25/07/2023 Abstrak Kurikulum kepesantrenan di Pondok Pesantren juga mewarnai kurikulum SMA Ma’arif Seputih Banyak yang mana masih di bawah naungan Pondok Pesantren Darul Ulum. Dilihat dari segi pengelolaan kurikulum dirasa sudah cukup baik, itu terbukti dari berjalan dengan lancarnya kegiatan pembelajaran di Pondok Pesantren Darul Ulum dan SMA Ma’arif Seputih Banyak. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang dilakukan di Pondok Pesantren Darul Ulum dan SMA Ma’arif Seputih Banyak Lampung Tengah berkaitan dengan integrasi kurikulum pendidikan Islam. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Perencanaan kurikulum berbasis pesantren di SMA Ma’arif Seputih Banyak meliputi beberapa kegiatan diantaranya:penentuan tujuan, menentukan isi kurikulum, menentukan strategi pembelajaran, dan menentukan evaluasi pembelajaran. Pelaksanaan integrasi kurikulum pesantren di SMA Ma’arif Seputih Banyak sangat didukung oleh kemampuan guru yang mengajar. Pelaksanaan kurikulum berbasis pesantren juga tampak adanya kitab-kitab salaf (kitab kuning) sebagai sumber belajar beserta metode pembelajaran pesantren seperti bandongan. Sehingga dalam pelaksanaannya SMA Ma’arif Seputih Banyak benarbenar menerapkan pembelajaran layaknya di pesantren. Evaluasi integrasi kurikulum pesantren di SMA Ma’arif Seputih Banyak dilaksanakan dengan didasarkan pada tuntutan masyarakat atau lapangan serta kebutuhan bagi para peserta didik sekarang ini. Keywords: Akhlak Santri, Masyarakat, Pengurus Pondok Pesantren, Sinergisitas Abstract The Islamic boarding school curriculum at the Islamic Boarding School also colors the curriculum at Ma'arif Seputih Banyak High School, which is still under the auspices of the Darul Ulum Islamic Boarding School. In terms of curriculum management, it is felt to be quite good, this is proven by the smooth running of learning activities at the Darul Ulum Islamic Boarding School and Ma'arif Seputih Banyak High School. This research is field research conducted at the Darul Ulum Islamic Boarding School and Ma'arif Seputih Banyak High School, Central Lampung, related to the integration of the Islamic education curriculum. Based on the research results, it can be concluded that Islamic boarding school-based curriculum planning at SMA Ma'arif Seputih Banyak includes several activities including: determining objectives, determining curriculum content, determining learning strategies, and determining learning evaluation. The implementation of Islamic boarding school curriculum integration at Ma'arif Seputih Banyak High School is strongly supported by the ability of the teachers who teach. The implementation of the Islamic boarding school-based curriculum also shows the existence of Salaf books (Kitab Kuning) as a learning resource along with Islamic boarding school learning methods such as bandongan. So that in its implementation, Ma'arif Seputih Banyak High School really applies learning like in Islamic boarding schools. Evaluation of the integration of the Islamic boarding school curriculum at SMA Ma'arif Seputih Banyak is carried out based on the demands of society or the field as well as the needs of current students. Keywords: Community, Islamic Boarding School Management, Santri Morals, Synergy Hasan Basri, Subandi, Jaenullah ││ SINERGITAS PENGURUS ... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(1)n(1), 2023, 63-72 PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang penting bagi setiap manusia, tidak terkecuali pendidikan yang bernuansa agama yang saat ini banyak dikembangkan di hampir seluruh lembaga pendidikan di Indonesia. Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi pun secara terpadu mengajarkan mata pelajaran yang memiliki nilai keagamaan. 1 Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan agar: “mampu mengarahkan kemampuan dari dalam diri manusia menjadi suatu kegiatan hidup yang berhubungan dengan Tuhan (Penciptanya), baik kegiatan itu bersifat pribadi maupun kegiatan sosial” 2 Guru dalam Islam sebagai pemegang jabatan profesional membawa misi ganda dalam waktu yang bersamaan, yaitu misi agama dan misi ilmu pengetahuan. Misi agama menuntut guru untuk menyampaikan nilai-nilai ajaran agama kepada anak didik, sehingga anak didik dapat menjalankan kehidupan sesuai dengan norma-norma agama tersebut. Misi ilmu pengetahuan menuntut guru menyampaikan ilmu sesuai dengan perkembangan zaman. Allah berfirman dalam Al-Qur’an, sebagai berikut: ِ ِ ِ ِِ ‫ث فِي ِهم رسوالً ِمن أَن ُف ِس ِهم ي ْت لُو علَي ِهم‬ ِِ ‫اب‬ َ ‫اّللُ َعلَى الْ ُمؤمن‬ ‫لََق ْد َم َّن ه‬ َ َ‫آَيته َويَُزهكي ِه ْم َويُ َعله ُم ُه ُم الْكت‬ َ ْ َْ َ ْ ْ ‫ني إِ ْذ بَ َع َ ْ َ ُ ه‬ ِ ِْ ‫و‬ ٍ ‫ض‬ ٍ ِ‫الل ُّمب‬ ﴾١٦٤﴿ ‫ني‬ َ ‫ْمةَ َوإِن َكانُواْ ِمن قَ ْب ُل لَفي‬ َ ‫اْلك‬ َ Artinya: “Sesungguhnya Allah telah memberi karunia kepada orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rosul dari golongan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan jiwa mereka dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum kedatangan Nabi itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata (QS. Ali Imran, 3: 164)3 Berdasarkan ayat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Rasulullah selain Nabi juga sebagai pendidik (guru). Oleh karena itu tugas utama guru yaitu 1) Penyucian, yakni Pengaruh, pembersihan dan pengangkatan jiwa kepada pencipta-Nya, menjauhkan diri dari kejahatan dan menjaga diri agar tetap berada pada fitrah. 2) Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan akidah kepada akal dan hati agar merealisasikannya dalam tingkat laku kehidupan. Jadi tugas guru dalam Islam tidak hanya mengajar dalam kelas, tetapi juga sebagai norm drager (pembawa norma) agama di tengah-tengah masyarakat. Jika manusia lahir membawa kebaikan-kebaikan (fitrah) maka tugas pendidikan harus mengembangkan elemen-elemen (baik) tersebut yang dibawanya sejak lahir. Dengan begitu apapun yang diajarkan di sekolah jangan sampai bertentangan dengan prinsipprinsip fitrahnya tersebut. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh. Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal dan juga karena ajaran Islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka “pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. Semula yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul selanjutnya para ulama, dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas, dan kewajiban mereka”.4 Demi mewujudkan pendidikan yang lebih baik, dibutuhkan suatu sinergi dalam mengembangkan kualitas yang akan dihasilkan, karena berkolaborasi atau bersinergi adalah suatu aktivitas untuk memperoleh keunggulan bersaing. Bersinergi sudah merupakan kata-kata yang sering disebut dalam berbagai literatur, tetapi untuk mengembangkannya memerlukan kajian yang mendalam agar kerjasama yang sesungguhnya itu menghasilkan sinergi. Untuk itu perlu dikaji lebih dulu berbagai pandangan tentang sinergi. Sinergi dapat dijelaskan sebagai hubungan kerjasama tidak semata-mata untuk membangun kebersamaan, tetapi juga membangun interaksi yang dapat memacu daya pikir masing-masing anggota kelompok membentuk kreativitas secara kolektif. Hubungan interaktif antar anggota dalam kelompok akan saling memacu daya pikir, yang pada akhirnya akan menghasilkan gagasan baru, yang berjalan Dini Anggraeni, Rita Rohimatul Barokah & Sary Sukawati, “Pengaruh Kegiatan Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ) Terhadap Sikap Religius Mahasiswa IKIP Siliwangi”, dalam Parole: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1, No. 6, (November 2018), hlm. 1037 2 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 14. 3 Al-Quran (3) : 164. 4 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 25-28. 1 This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 64 Hasan Basri, Subandi, Jaenullah ││ SINERGITAS PENGURUS ... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(1)n(1), 2023, 63-72 melalui suatu proses yang berkesinambungan sehingga terjadi proses pengembangan pengetahuan dan wawasan yang semakin tinggi kualitasnya. Pengembangan pengetahuan dan wawasan sebagai perwujudan dari sinergi itulah yang dirasakan penting sekali untuk diwujudkan. Dalam penelitian ini ada hal yang menjadi pekerjaan rumah yang sangat wajib diselesaikan, yaitu perilaku buruk orang tua yang hanya memasrahkan secara penuh anaknya, tanpa ikut serta dalam mengontrol serta membina kelangsungan apa-apa yang telah diajarkan pengurus di Pondok Pesantren Darul Ulum Seputih Banyak, karena pentingnya hal tersebut peneliti berkeinginan untuk meneliti hal tersebut.5 Berdasarkan hasil pengamatan awal yang peneliti lakukan, santri-santri yang berada di Pondok Pesantren Darul Ulum Seputih Banyak sebagian besar sudah memiliki akhlak yang baik sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Hal ini terlihat mereka senantiasa menghormati gurunya, menghormati sesama teman, menghormati orang tua, dan menghormati tamu yang berkunjung ke pesantren. Hal ini peneliti lihat ketika mereka bersalaman dengan gurunya saat sebelum dan sesudah pembelajaran. Selain itu peneliti juga melihat mereka mematuhi apa saja yang diperintahkan oleh gurunya seperti tidak ribut saat berlangsungnya pembelajaran dan tidak mengganggu teman saat pembelajaran berlangsung. 6 Namun demikian di Pondok Pesantren Darul Ulum Seputih Banyak para santri memiliki akhlak yang berbeda-beda walaupun sudah mengikuti kegiatan mengaji, akan tetapi masih saja ada santri yang berperilaku kurang pantas yang seharusnya tidak dilakukan sebagai santri. Perbedaan akhlak tersebut karena beberapa sebab seperti latar belakang pendidikan sebelumnya yang berbeda, lingkungan keluarga, pergaulan dan lain sebagainya. Berkenaan hal tersebut di atas, dalam penelitian ini adanya sinergi antara pengurus pondok dengan lingkungan masyarakat sangat dibutuhkan dalam rangka mengembangkan pengetahuan dan wawasan ide yang dimiliki. Demi melaksanakan pembentukan akhlak santri tersebut pengurus ingin melakukan sinergi dengan masyarakat dengan tujuan sama yaitu mengembangkan, membina, mengarahkan serta membentuk akhlak santri.. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu suatu penelitian yang “memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan terperinci mengenai latar belakang keadaan sekarang yang dipermasalahkan”.7 Penelitian lapangan ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Ulum Seputih Banyak Lampung Tengah berkaitan dengan sinergitas pengurus dan masyarakat dalam pembentukan akhlak santri. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lainnya yang selanjutnya disusun dalam bentuk laporan penelitian.8 Penelitian yang akan peneliti laksanakan merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang mengungkapkan gejala-gejala yang tampak dan mencari fakta-fakta khususnya mengenai masalah yang akan peneliti teliti dalam penelitian ini yaitu mengenai sinergitas pengurus dan masyarakat dalam pembentukan akhlak santri. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini yakni pengurus, masyarakat dan beberapa santri Pondok Pesantren Darul Ulum Seputih Banyak. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian dan pengujian tersebut akan disimpulkan dalam bentuk deskripsi sebagai hasil pemecahan permasalahan yang ada. Analisis dan pengolahan data, peneliti lakukan dengan cara analisis induktif yaitu membuat kesimpulan yang khusus dari masalah yang umum. Analisis induktif, yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5 Wawancara dengan Bayu Setiawan selaku Pengurus Pondok Pesantren Darul Ulum Seputih Banyak Kecamatan Seputih Banyak Lampung Tengah pada tanggal 13 Oktober 2022. 6 Observasi Awal di Pondok Pesantren Darul Ulum Seputih Banyak Kecamatan Seputih Banyak Lampung Tengah pada tanggal 11 Oktober 2022. 7 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 9. 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, hlm. 3. This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 65 Hasan Basri, Subandi, Jaenullah ││ SINERGITAS PENGURUS ... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(1)n(1), 2023, 63-72 Hasil Penelitian 1. Pemahaman Santri tentang Akhlak Peran pimpinan dalam pesantren sangat menentukan perjalanan dan perkembangan dari waktu ke waktu. Menjadi seorang Pemimpin tidaklah gampang, Sebab menjadi seorang pemimpin adalah amanah yang harus dilakukan dan dijalankan dengan baik oeh seorang pemimpin tersebut, karena nantinya Allah akan meminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannya itu. Penelitian ini membahas mengenai sinergitas pengurus dan masyarakat dalam pembentukan akhlak santri. Demi memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pengurus, warga dan beberapa santri Pondok Pesantren Darul Ulum Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah. Informan-informan tersebut peneliti pilih karena dianggap tahu mengenai data yang peneliti butuhkan berkenaan dengan sinergitas pengurus dan masyarakat dalam pembentukan akhlak santri. Berdasarkan keterangan ustadz Jauhari, salah satu pengurus Pondok Pesantren Darul Ulum Seputih Banyak. Saat diwawancara beliau menjelaskan: Sebagai seorang santri tidak terkecuali santri Pondok Pesantren Darul Ulum wajib mengikuti semua kegiatan yang dilaksanakan seperti shalat berjamaah, mengaji dan lain sebagainya. Apabila tidak mengikuti kegiatan yang ada maka akan dikenakan sanksi. 9 Demi memperkuat keterangan ustadz Jauhari, peneliti melakukan wawancara dengan ustadz Hafidz. Saat diwawancara beliau menjelaskan: Ya yang namanya santri itu wajib mengikuti kegiatan yang ada, mas. Kalo udah nyantri yang harus mentaati peraturan pesantren, salah satunya ya shalat jamaah dan mengaji. Kalo gak mau ya nggak usah mondok.10 Berkaitan dengan upaya yang dilakukan pengurus dalam pembentukan akhlak santri, ustadz Misbahul Munir, salah satu pengurus menjelaskan: Upaya yang dilakukan pengurus dalam membentuk akhlak santri yakni mengadakan memberikan pemahaman tentang sikap yang harus dimiliki santri seperti berkata jujur, tidak berkata kasar, saling menyapa, menghormati orang yang lebih tua, dan lain sebagainya. Berhubung santri Pondok Pesantren jumlahnya terus bertambah tiap tahunnya, maka demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan kami bekerjasama dengan warga sekitar untuk ikut memantau perilaku santri. Masyarakat sekitar kami minta menegur ataupun melapor kepada pengurus apabila ada santri yang berperilaku tidak sewajarnya santri. 11 Menanggapi hal tersebut ustadz Misbahul Munir menjelaskan sebagai berikut: Di Pondok Pesantren Darul Ulum banyak kegiatan-kegiatan yang harus diikuti oleh para santri seperti shalat berjamaah, diniyah, takror, mengaji Al-Qur’an dan masih banyak lagi yang lainnya. Semua kegiatan yang ada tidak lain bertujuan agar santri memiliki pedoman agama yang kuat dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih kami berharap kegiatan tersebut mampu meningkatkan akhlak santri sehingga mereka memiliki perilaku yang baik. Namun demikian ada juga beberapa santri yang nylintut (bolos) tidak ikut kegiatan, mas.12 Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa banyak kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pihak pesantren yang harus diikuti oleh para santri. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan upaya pemberian 9 Wawancara Ustadz Ahmad Yusuf Jauhari, Koordinator Pendidikan, Tanggal 21 Maret 2023. Wawancara Ustadz Hafidz Saifulloh, Humas, Tanggal 21 Maret 2023. 11 Wawancara dengan Kang Misbahul Munir, Lurah Pondok Pesantren Darul Ulum Seputih Banyak pada tanggal 22 Maret 2023. 12 Wawancara dengan Kang Zainal Hakim, Pengurus Pondok Pesantren Darul Ulum Seputih Banyak pada tanggal 24 Maret 2023. 10 This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 66 Hasan Basri, Subandi, Jaenullah ││ SINERGITAS PENGURUS ... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(1)n(1), 2023, 63-72 bekal pengetahuan dan ajaran agama dan dalam rangka membentuk akhlak santri menjadi lebih baik lagi. Setelah wawancara dengan pengurus, peneliti melakukan wawancara dengan warga sekitar pesantren. Warga pertama yang diwawancara yaitu Bapak Kosim. Saat diwawancara beliau menjelaskan: Setahu saya di pesantren kegiatannya banyak dan macem-macem, mas. Saya juga sering mendengar ketika setelah shalat subuh kyai memberikan wejangan kepada para santri. Selain itu para pengurus juga tingkahnya nggak neko-neko mas, istilahnya ya ngasih contoh pada santri lainnya bagaimana bersikap dalam sehari-hari.13 Pernyataan Bapak Kosim tersebut juga diperkuat dengan penuturan Bapak Habib. Saat diwawancara beliau menjelaskan: Yang namanya pesantren itu kan diibaratkan seperti bengkel yak an, mas. Jadi banyak kegiatan yang tujuannya mengajarkan dan memberikan pemahaman kepada para santri khususnya santri yang perilakunya kurang baik agar menjadi lebih baik lagi. Kyai juga sering memberikan kultum setiap setelah shalat subuh kepada santri, dan mengingatkan agar selalu menjaga nama baik pesantren dimana pun berada.14 Demi memperkuat keterangan pengurus dan warga, peneliti melakukan wawancara kepada Dwi Yatno selaku santri. Saat diwawancara ia mengatakan: Di pesantren saya sangat senang, pak karena saya bisa mengajai dan belajar banyak ilmu agama. Kyai dan pengurus sering berpesan kepada kami para santri untuk istiqomah dalam mengaji dan selalu menjaga sikap yang seharusnya dimiliki seorang santri. 15 Penuturan Dwi Yatno tersebut diperkuat dengan keterangan Jamal yang menjelaskan sebagai berikut: Saya di pesantren jadi tahu pak tentang berbagai macam ilmu agama, mulai ilmu fiqih, tauhid, akhlak, alat dan lain-lain. Kami para santri selalu diingatkan agar menununjukkan sikap sebagai seorang santri yang baik.16 2. Implementasi Akhlak Santri dalam Kehidupan di Pesantren dan di Masyarakat Berkaitan dengan implementasi akhlak yang dimiliki santri, Bapak Ahmad Yusuf Jauhari menjelaskan: Sebagai upaya santri agar memiliki akhlak yang baik, para santri dalam pelaksanaannya diwajibkan mengikuti kegiatan-kegiatan seperti diniyah, takror, bandungan kitab dan lain sebagainya.17 Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara dengan Zainal, salah satu santri. Saat diwawancara ia menjelaskan: Setiap ada kegiatan yang diadakan saya sebagai santri selalu mengikuti kegiatan tersebut. Kalau tidak ikut kegiatan ya siap-siap aja kenak denda, pak. Jadi apapun kegiatannya, santri wajib mengikuti kegiatan itu.18 13 Wawancara dengan Bapak Kosim, Warga Sekitar Pondok Pesantren Darul Ulum Seputih Banyak pada tanggal 24 Maret 2023. 14 Wawancara dengan Bapak Habib, Warga Sekitar Pondok Pesantren Darul Ulum Seputih Banyak pada tanggal 24 Maret 2023. 15 Wawancara dengan Dwi Yatno, Santri Pondok Pesantren Darul Ulum Seputih Banyak pada tanggal 24 Maret 2023. 16 Wawancara dengan Jamal, Santri Pondok Pesantren Darul Ulum Seputih Banyak pada tanggal 24 Maret 2023. 17 Wawancara dengan Bapak Ahmad Yusuf, Pengurus Pondok Pesantren Darul Ulum Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 27 Maret 2023. 18 Wawancara dengan Zainal, Santri Pondok Pesantren Darul Ulum Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 27 Maret 2023. This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 67 Hasan Basri, Subandi, Jaenullah ││ SINERGITAS PENGURUS ... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(1)n(1), 2023, 63-72 Menanggapi keterangan Zainal, saudara Raihan menjelaskan sebagai berikut: Saya sebagai santri selalu mengikuti kegiatan yang ada di pesantren, pak. Karena itu kewajiban kami sebagai santri. Kegiatan yang harus kami ikuti itu seperti shalat berjamaah, mengaji diniyah, takror dan lain-lain.19 3. Perubahan Akhlak Santri Setelah Memahami Penjelasan tentang Akhlak Berkaitan akhlak santri setelah mengikuti kegiatan, Bapak Ahmad Yusuf Jauhari menjelaskan: Akhlak santri setelah melalui beberapa kegiatan yang ada menurut saya sudah lebih baik. Hal tersebut bisa dilihat dari keseharian mereka. Santri yang biasanya berkata kasar, sudah bisa mengendalikan diri untuk tidak berkata kasar. Santri yang tadinya sewen ang-wenang dan suka mengganggu santri lainnya sudah bisa menahan amarahnya, dan lain sebagainya. Walaupun ada sebagian santri yang masih berperilaku kurang baik baik, akan tetapi kami bisa mengawasinya dengan baik dan kami terus memberikan pemahaman kepada santri yang bersangkutan. 20 Pondok Pesantren Darul Ulum berharap para santri benar-benar bisa mempelajari, memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan benar baik yang terkait dengan hubungannya dengan Allah, dengan sesama, maupun dengan lingkungan sekitar. Pondok Pesantren Darul Ulum berharap santrinya memiliki akhlak terpuji yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, demi memperkuat keterangan dari pihak pengurus Pondok Pesantren Darul Ulum, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa warga terkait sinergi yang dilakukan pengurus dengan masyarakat dalam upaya membentuk akhlak santri. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan Bapak Miswanto. Saat diwawancara beliau menjelaskan: Pihak pesantren Darul Ulum selama ini memiliki kegiatan-kegiatan yang bertujuan membentuk santrinya agar memiliki akhlak yang baik, pak. namun demikian, saya pernah mendengar, dan bahkan sering melihat santri berkata kasar. Jadi saya menegur santri tersebut agar kiranya dalam berbicara bertutur kata yang baik layaknya seorang santri. Sesekali juga pihak pesantren mengundang kami para warga untuk rapat membicarakan perihal santri ke depannya. Kami selaku warga juga senang karena kami masih dianggap dan diikutkan andil dalam mengurusi santri. 21 Senada dengan keterangan Bapak Miswanto di atas, Bapak Jailani juga mengatakan sebagai berikut: Saya pernah mendengar ada santri yang berkata jorok dan kasar kepada temannya. Saya mendengarnya merasa risih sendiri karena yang mengatakannya adalah seorang anak pondok. Kebetulan pihak pesantren memberikan wewenang kepada warga sekitar sini agar menegur santri yang sering berbuat tidak selayaknya santri. Jadi sekarang kalo ada santri yang begitu langsung saja saya tegur, dan apabila anaknya tidak terima ya saya laporkan ke pengurus, mas. 22 Menanggapi keterangan Jamal, saudara Raihan menjelaskan sebagai berikut: Saya sadar bahwa mengaji itu sangat penting karena sebagai bekal kehidupan dan berjuang di masyarakat mensyiarkan agama. Alhamdulillah dengan saya mesantren dan ikut mengaji, saya yang tadinya sering ngomong kotor sekarang bisa saya jaga omongan saya.23 19 Wawancara dengan Raihan, Santri Pondok Pesantren Darul Ulum Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 27 Maret 2023. 20 Wawancara Ustadz Ahmad Yusuf Jauhari, Koordinator Pendidikan, Tanggal 21 Maret 2023. 21 Wawancara dengan Bapak Miswanto, Warga SB 6 Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 26 Maret 2023. 22 Wawancara dengan Bapak Jailani, Warga SB 6 Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 27 Maret 2023. 23 Wawancara dengan Raihan, Santri Pondok Pesantren Darul Ulum Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampung Tengah, pada tanggal 27 Maret 2023. This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 68 Hasan Basri, Subandi, Jaenullah ││ SINERGITAS PENGURUS ... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(1)n(1), 2023, 63-72 Pembahasan 1. Pemahaman Sinergi Pengurus dan Masyarakat Sebagaimana diketahui bahwa santri memiliki jadwal kegiatan yang padat di pondok pesantren mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Kegiatan santri dimulai ketika bangun subuh, santri diwajibkan menunaikan sholat subuh berjama’ah di masjid, dilanjutkan dengan kegiatan muhadatsah, kemudian santri bersiap untuk pergi ke sekolah. Waktu belajar di sekolah dilaksanakan pukul 07.00 hingga datang waktu dzuhur, dilanjutkan dengan sholat dzuhur berjama’ah di masjid dan makan siang. Siang hari santri melanjutkan kegiatan belajar di sekolah, saat sore hari santri mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Pada malam hari santri mengikuti kegiatan belajar malam bersama ustad dan ustadzah di kelas masing-masing hingga datang waktu istirahat malam. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh santri diatur oleh tata tertib yang bertujuan untuk membentuk kemandirian, kedisiplinan dan akhlak pada diri santri. Secara teoritis, terdapat 5 nilai karakter utama yang bisa membuat diri seseorang berhasil dalam menggapai tujuan hidupnya, yaitu: 1) Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Mahakuasa. 2) Nilai karakter hubungannya dengan diri sendiri. 3) Nilai karakter hubungannya dengan sesama. 4) Nilai karakter hubungannya dengan lingkungan 5) Nilai karakter hubungannya dengan nilai kebangsaan. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Mahaesa merupakan nilai yang bersifat religius. Seluruh pikiran, perkataan dan tindakan seseorang diupayakan selalu berdasarkan pada nilai-nilai ajaran agama dan ketuhanan. Hal seperti ini justru yang paling diutamakan oleh pihak pesantren dalam membina akhlak para para santri. Nilai karakter yang seperti ini yang harus kuat terinternalisasi dalam pribadi setiap santri. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan Pondok Pesantren Darul Ulum Seputih Banyak bertujuan untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan. 2. Pengimplementasian Akhlak Dalam Kehidupan di Pesantren dan di Masyarakat Salah satu faktor penting dalam pembentukan akhlak adalah kebiasaan atau adat istiadat. Yang dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan. Kebiasaan bisa timbul karena ada dalam diri pribadi seseorang itu yang dibawa sejak lahir. Kebiasaan yang sudah melekat pada diri seseorang sulit untuk dihilangkan, tetapi jika ada dorongan yang kuat dalam dirinya untuk menghilangkan, maka ia dapat mengubahnya. Selanjutnya yakni yang berkaitan dengan pengimplementasian akhlak yang ditunjukkan oleh santri, boleh dikatakan, kualitas karakter ini meningkatkan kepribadian seorang santri secara personalindividual. Hal ini meliputi sifat jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berpikir logis, mandiri, ingin tahu serta cinta ilmu. Kemudian uraian yang terkait dengan sesama mengharuskan munculnya kesadaran atas hak dan kewajiban diri atas orang lain, patuh terhadap aturanaturan sosial serta santun dan demokratis. Tidak kalah pentingnya adalah karakter yang terpaut dengan lingkungan. Karena dengan sikap mental seperti ini memunculkan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya. Selain itu mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Sedangkan yang terakhir, terkait dengan nilai kebangsaan. Hal ini menghendaki cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial budaya ekonomi dan politik bangsanya. Termasuk pula respek dan hormat terhadap berbagai macam hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku maupun agama. Kalau hal di atas dijadikan parameter budaya santri di lingkungan Pondok Pesantren Darul Ulum, dalam kualitas yang perlu diteliti lebih dalam, menunjukkan kelengkapan nilai karakter yang nantinya bisa This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 69 Hasan Basri, Subandi, Jaenullah ││ SINERGITAS PENGURUS ... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(1)n(1), 2023, 63-72 dikembangkan lebih jauh dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan kualitas generasi muda yang disinyalir semakin hari semakin menipis jati dirinya akibat tekanan modernitas-globalisasi dunia. Memperhatikan gambaran kegiatan yang ada di lingkungan Pondok Pesantren Darul Ulum yang telah terpapar di atas, dapat disimpulkan bahwasanya pembentukan akhlak pada santri akan berimbas kepada budaya yang muncul di tengah-tengah komunitasnya. Karakter positif yang ada di kalangan para santri nantinya akan melahirkan budaya-budaya yang sangat dibutuhkan bagi upaya peningkatan peran santri di tengah-tengah masyarakat. Disamping itu pula, budaya-budaya agung seperti budaya kejujuran, budaya disiplin, budaya kreatif dan mandiri, budaya bersih serta budaya peduli terhadap lingkungan justru memperkuat internalisasi karakter para santri yang sudah terbentuk sebelumnya. Oleh karena itu, sebenarnya kalau melihat hubungan antara karakter personal dengan budaya yang tercipta, bagaikan dua hal yang saling menunjang dan memperkuat karakter itu sendiri. Dengan begitu, pembinaan akhlak santri secara otomatis menciptakan budaya yang sangat dibutuhkan oleh komunitas itu sendiri. Dalam waktu bersamaan juga, terciptanya budaya turut pula menebalkan karakter yang terpancang dalam ranah akhlak santri sehingga ini menjadi ukuran-ukuran moral dalam melakukan tindakannya. Tidak itu saja, dalam diri para santri, juga mempunyai kesadaran tinggi untuk melakukan muhasabah diri. Muhasabah ini tidak terbatas pada koreksi atas perbuatan mereka yang berakibat dosa dan pahala, tetapi juga pada persoalan-persoalan pengembangan diri dalam rangka hidup dan bergaul di tengah komunitas sosial masyarakat. Untuk bisa diterima oleh lingkungannya, mereka secara jujur melakukan introspeksi atas kekurangan dan kelebihan yang mereka milik. Kekurangan yang mereka miliki diupayakan perbaikannya, sebaliknya, kelebihan yang dimiliki bisa dimanfaatkan dan diaktualisasikan demi manfaat tidak hanya diri sendiri tetapi juga untuk orang lain. Menghormati teman merupakan salah satu etika dan sikap yang harus dijunjung tinggi. Sebab teman adalah mitra dialog dan diskusi dalam rangka meningkatkan interaksi yang efektif diantara mereka. Itu artinya, diantara mereka harus ada keterbukaan dan kejujuran, bukan saling membohongi. Dengan begitu, upaya peningkatan kualitas akhlak atas dasar pertemanan, ukhuwah, bisa tercipta secara efektif dan efisien. Indikasi lain yang bisa digunakan sebagai parameter keberhasilan pendidikan akhlak adalah mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas. Kebiasaan mematuhi aturan dan tata tertib telah ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari di pesantren. Dalam aturan itu, terdapat kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi. 3. Bentuk-bentuk Sinergi Pengurus dan Masyarakat Demi membina akhlak santri para pengurus Pondok Pesantren Darul Ulum telah melakukan sinergi dengan masyarakat sekitar untuk ikut mengawasi dan memberikan nasihat ketika ada santri yang berperilaku kurang pantas yang ditunjukkan sebagai santri. Strategi yang dilakukan dalam pembinaan akhlak santri di Pondok Pesantren Darul Ulum Seputih Banyak yaitu mengutamakan santri untuk terbiasa dan istiqamah dalam beribadah baik yang wajib maupun sunnah dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu membiasakan santri untuk bertutur kata sopan kepada orang tua, ustazah, sesama teman maupun orang lain. Hal ini biasanya dilakukan ketika berada di dalam ruangan kelas dengan cara memberi pemahaman kepada santri dengan menceritakan kisahkisah teladan Nabi dan Rasul. Pembinaan akhlak santri juga dilakukan melalui keteladanan yang mana sangat efektif dilakukan. Pembinaan akhlak tidak dilakukan oleh pengurus pesantren saja, tetapi tetapi masyarakat juga ikut serta dalam penerapan srategi tersebut. Pembinaan akhlak dengan cara menasehati itu sangat penting. Karena terkadang santri belum mengetahui hal-hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan, sehingga sudah sepatutnya seorang pengurus menasehatinya secara terus menerus. Karena nasehat dapat menjelaskan kepada santri tentang pentingnya memiliki akhlak mulia. Selain pengurus, masyarakat sekitar juga harus ikut andil dalam upaya pembentukan akhlak santri. Adapun beberapa bentuk sinergi yang dilakukan masyarakat terhadap pembentukan akhlak santri, This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 70 Hasan Basri, Subandi, Jaenullah ││ SINERGITAS PENGURUS ... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(1)n(1), 2023, 63-72 seperti selalu berkomunikasi santri, agar tahu perkembangan santri, dan santri pun tidak sungkan mau bercerita kepada warga sekitar tentang apa yang terjadi dan dialami di pesantren, teman-temannya, dengan begitu warga sekitar pesantren bisa memberikan masukan, motivasi, nasihat yang berguna kepada santri. Masyarakat sedapat mungkin terus melakukan pendekatan terhadap para santri Pondok Pesantren Darul Ulum karena mereka juga senang dengan adanya santri. KESIMPULAN Berdasarkan pemaparan di atas, dapat peneliti berikan beberapa kesimpulan bahwa; 1) Pemahaman sinergi pengurus dan masyarakat dalam usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan baik lembaga formal, informal dan nonformal dengan berbagai macam cara terus dilakukan dan dikembangkan. Strategi pengurus dan masyarakat dalam menjaga akhlak santri dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung. 2) Pengimplementasian akhlak dalam kehidupan di pesantren dan di masyarakat yakni berkaitan dengan akhlak yang ditunjukkan oleh santri, seperti sifat jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berpikir logis, mandiri, ingin tahu serta cinta ilmu. Kemudian uraian yang terkait dengan sesama mengharuskan munculnya kesadaran atas hak dan kewajiban diri atas orang lain, patuh terhadap aturan-aturan sosial serta santun dan demokratis. Tidak kalah pentingnya adalah karakter yang terpaut dengan lingkungan. Karena dengan sikap mental seperti ini memunculkan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya. Selain itu mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Sedangkan yang terakhir, terkait dengan nilai kebangsaan. Hal ini menghendaki cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial budaya ekonomi dan politik bangsanya. Termasuk pula respek dan hormat terhadap berbagai macam hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku maupun agama. 3) Bentuk-bentuk sinergi pengurus dan masyarakat seperti contoh ikut mengawasi dan memberikan nasihat ketika ada santri yang berperilaku kurang pantas yang ditunjukkan sebagai santri, mengutamakan santri untuk terbiasa dan istiqamah dalam beribadah baik yang wajib maupun sunnah dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu membiasakan santri untuk bertutur kata sopan kepada orang tua, ustazah, sesama teman maupun orang lain. REFERENCES Aan Prabowo, Heriyanto, “Analisis Pemanfaatan Buku Elektronik E-Book) oleh Pemustaka di Perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang”, Jurnal Ilmu Perpustakaan, Semarang: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Vol. 2, No. 2, 2013. Achmad Muchaddam Fahham, Pendidikan Pesantren: Pola Pengasuhan, Pembentukan Karakter, dan Perlindungan Anak, Jakarta: P3DI, 2015. Akbar Pandu Dwinugraha, “Sinergitas Aktor Kepentingan dalam Penyelenggaraan Pemerintah Desa”, dalam Publisia Jurnal Ilmu Administrasi Publik), Malang: FISIP Universitas Merdeka Malang, Vol. 1, No. 2, 2016. Anita Dwi Rahmawati, “Kepatuhan Santri Terhadap Aturan di Pondok Pesantren Modern”, dalam Naskah Publikasi, Surakarta: Pascasarjana Universitas Muhammadiyah, Tahun 2015 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2008. Dini Anggraeni, Rita Rohimatul Barokah & Sary Sukawati, “Pengaruh Kegiatan Baca Tulis Al-Qur’an BTQ) Terhadap Sikap Religius Mahasiswa IKIP Siliwangi”, dalam Parole: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1, No. 6, November 2018 Fattah Hanurawan, “Strategi Pengembangan Kesehatan Mental di Lingkungan Sekolah”, dalam Psikopedagogia, Malang: Universitas Negeri Malang, Vol. 1, No. 1, 2012. Gerry Tri V.H., Teknik Pengambilan Sampel dalam Metodologi Penelitian, dalam googleweblight.com, diakses pada 13 Juni 2013, didownload pada 20 Januari 2019. Jovi Andre Kurniawan dan Retno Suryawati, “Sinergitas antar Stakeholders dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau RTH) Taman Kota di Kota Temanggung”, dalam Jurnal Wacana Publik, Surakarta: Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret, Vol. 1, No. 1, 2017. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. M. Shodiq, “Pesantren dan Perubahan Sosial”, Jurnal Falasifa, Vol. 2, No. 2, 2011. This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 71 Hasan Basri, Subandi, Jaenullah ││ SINERGITAS PENGURUS ... Assyfa Journal of Islamic Studies, v(1)n(1), 2023, 63-72 Mansur Hidayat, “Model Komunikasi Kyai dengan Santri di Pesantren”, dalam Jurnal Komunikasi Aspikom, Vol. 2, No. 6, Januari 2016 Mo’tasim, “Fenomena Ta’zir di Pesantren”, dalam Jurnal Pendidikan Agama Islam STIT Al-Ibrohimy, Vol. 3, No. 2, 2015. Muhammad Nurul Huda, “Pelanggaran Santri terhadap Peraturan Tata Tertib Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Lamongan”, dalam Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan FIS UNESA, Vol. 02, No. 03, 2015. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2012. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009. Nur Muslimah, “Peran Pengurus Pesantren dalam Meningkatkan Jiwa Kepemimpinan Santri di Pondok Pesantren Raudlatur Rochmaniyah Lumajang”, Risalatuna: Journal of Pesantren Studies, Vol. 2, No. 1, Januari 2022. Nurul Istiani dan Esti Zaduqisti, “Konsep Strategi Theistic Spiritual dalam Layanan Bimbingan Konseling dan Psikoterapi Islam”, dalam Religia, Pekalongan: IAIN Pekalongan, Vol. 20, No. 2, 2017. Reni Susanti dan Deswita, “Revolusi Mental dalam Pandangan Akhlak”, dalam Belajea, Bengkulu: Jurnal Pendidikan Islam STAIN Curup, Vol. 1, No. 01, 2016. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: RinekaCipta, 2010. Siti Sulasmi, “Peran Variabel Perilaku Belajar Inovatif, Intensitas, Kerjasama Kelompok, Kebersamaan Visi dan Rasa Saling Percaya dalam Membentuk Kualitas Sinergi”, dalam Ekuitas, Surabaya: Jurnal Ekuitas Fakultas Ekonomi UNAS, Vol. 13, No. 2, 2009. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2011. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License 72